Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Monday, September 14, 2009

Tekan Diabetes, Lebaran Aman

Selain kolesterol, kendala lain yang lumayan mengganggu adalah diabetes. Sepertinya diabetes adalah "hantu langganan" setiap kali Lebaran tiba. Apa yang mesti dilakukan?

Menurut dr H Deni Kriscahyo, SpPD dari Rumah Sakit Sentra Medika, Cisalak, Depok, dibetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin atau menurunnya sensitivitas reseptor insulin. Insulin itu sendiri adalah sejenis hormon anabolik yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans pankreas.

Diabetes mellitus sendiri terdapat beberapa tipe, di antaranya adalah DM tipe 1 yang terjadi karena kerusakan atau berkurangnya sel-sel beta pulau langerhans. DM tipe 1 sudah dapat terdiagnosis sejak usia dini atau usia muda dan terapinya tergantung pada insulin, sehingga disebut juga insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).

DM tipe 2 merupakan DM yang tidak tergantung insulin dan dinamakan Non Insulin Dependent Diabetes (NIDDM). Ada NIDDM ini terdapat resistensi insulin relatif atau defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Ada pula DM tipe lain, yaitu yang disebabkan oleh kelainan genetik, endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, infeksi, akibat obat atau zat kimia, berkaitan dengan DM.

Penderita DM tipe 1 biasanya mengalami gejala-gejala, seperti seringnya buang air kecil, lapar dan haus, berat badan yang menurun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang dan meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni.

Biasanya orang yang terkena DM tipe 1 ini berusia dibawah 20 tahun. Gejala ini mirip dengan tahap awal DM tipe 2 yang biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Tapi sekarang prevalensinya semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

Biasanya datangnya ancaman penyakit ini ketika mengalami gejala pre-diabetes, yaitu kondisi pendahuluan dari munculnya DM tipe 2. Ini karena penderita belum mengalami gejala fisik DM, tetapi kadar gula darah (pada masa puasa) dalam tubuhnya sudah di atas normal.

Gejala lain yang timbul pada penderita adalah penglihatan menjadi kabur sehingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki yang terasa kebas, geli atau terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Lebih dari 50 persen penderita DM tipe 2 ini tidak terdiagnosis. Mereka baru diketahui menderita penyakit ini ketika berobat karena penyakit lain. Hal ini dapat mengakibatkan komplikasi DM serius. Yang antara lain ditandai dengan hilangnya kesadaran, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan ketajaman pengelihatan bahkan sampai mengakibatkan kebutaan, kerusakan jaringan (gangren) hingga harus diamputasi agar tidak menjalar ke jaringan lain.

"Biasa juga terjadi suatu komplikasi kronik, seperti stroke, jantung koroner yang dapat mengakibatkan gagal jantung atau serangan jantung, gangguan ginjal, gangguan saraf," ungkap dr Deni.

Diabetes dan lebaran

DM dapat dicegah dengan mempertahankan berat badan dan menerapkan gaya hidup aktif. Paling tidak, berolahraga setengah jam per hari, misalnya, dengan jalan cepat untuk mempercepat detak jantung atau gerakan yang dapat menghasilkan keringat.

Sekira 80 persen pengidap DM mengalami kelebihan berat badan. Karena itu, para penderita DM dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung gula dan makanan yang digoreng. Yang dianjurkan adalah makanan berserat.

"Selama bulan puasa mungkin mereka masih bisa menjaganya, tapi jika lebaran itu kan makanan yang kadar gulanya banyak banget. Jadi, harus diperhatikan porsi yang seimbang antara karbohidrat, lemak, protein dan serat. Penderita DM dianjurkan menggunakan pemanis non-nutrisi (aspartame, sakarin), harus membatasi makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging berlemak dan susu full cream, perlu mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, sayur dan buah. Pada pasien dengan nefropati DM perlu mengurangi asupan protein," terangnya.

Selain itu, penderita DM juga harus mewaspadai risiko hipoglikemia ini dapat diantisipasi dengan cara memeriksa gula darah 2 jam setelah makan.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment