Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Friday, September 4, 2009

Puasa Segar dan Berstamina

Puasa Ramadan memang istimewa. Selain bernilai ibadah, puasa juga bermanfaat menyehatkan badan. Bagaimana menjaga tubuh tetap bugar dan bersemangat selama puasa?

Memasuki pekan ketiga Ramadan, Anda masih tetap semangat berpuasa kan? Saat berpuasa, umumnya memang terjadi perubahan-perubahan. Mulai dari pola dan waktu makan, jam tidur, hingga kebiasaan lainnya seperti berolahraga.

Sari, 30, seorang karyawati PT Telkom Jakarta mengungkapkan, sudah dua minggu ini menghentikan aktivitas senam aerobik yang biasa dilakukannya tiga kali seminggu selepas pulang kantor. "Habis bagaimana lagi, tempat senam saya memang libur kalau bulan puasa," ujar gadis berjilbab itu.

Hal senada dikemukakan Rani, 27, yang mengaku "kangen" melakukan senam aerobik bersama rekan-rekannya di sebuah pusat kebugaran di kawasan Jakarta Pusat. Berkurangnya jumlah peserta senam secara signifikan saat bulan puasa menjadi pertimbangan diliburkannya aktivitas menyehatkan tersebut.

"Saya sudah terbiasa nge-gym lima kali seminggu. Jadi begitu puasa dan berhenti senam, badan jadi kurang bugar," sebutnya.
Regional Marketing and Promotion Manager dari Celebrity Fitness, Hendra Nugraha, menyayangkan penghentian total aktivitas berolahraga saat puasa. Menurut dia, kebiasaan berolahraga seharusnya tetap diteruskan dengan mengubah durasi, intensitas, dan volume setiap sesi latihan. Saat berpuasa, proses metabolisme tubuh akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga.

Hal ini disebabkan oleh pengolahan bahan makanan sebagai sumber energi menjadi sedikit berbeda karena perubahan waktu makan.Namun, tak perlu khawatir, tubuh manusia mampu melakukan adaptasi terhadap dirinya sendiri dan lingkungan tergantung pada kebiasaan.

"Pada awal puasa,tubuh mungkin akan terasa lemas apabila digunakan untuk berolahraga, namun pada masa itu tubuh melakukan adaptasi. Setelah melakukan penyesuaian, tubuh akan menjadi terbiasa untuk berolahraga," beber Hendra.

Saat berpuasa, Anda disarankan berolahraga dengan intensitas rendah, yaitu 60 persen-70 persen dari denyut nadi maksimal. Bagi Anda yang masih punya lemak di perut dan ingin membakarnya, silakan tetap melakukan latihan kardiovaskular (cardiovascular exercise) tapi jangan terlampau keras berlatih.

"Waktu terbaik untuk berolahraga adalah 45-60 menit sebelum berbuka dengan durasi sekitar 30 menit saja. Berolahraga tidak berarti harus pergi ke gym, Anda juga bisa melakukannya di rumah atau kantor," tandas Hendra.

Pada prinsipnya, olahraga yang dilaksanakan saat berpuasa bertujuan sebagai bentuk penjagaan tubuh agar tetap sehat dan bugar. Artinya, olahraga yang dilakukan harus mampu melancarkan aliran darah dan melenturkan otot-otot. Selain itu, jantung lebih aktif bergiat dan zat asam atau oksigen lebih banyak terhirup sebagai proses metabolisme tubuh.

Olahraga juga membantu menjaga sel-sel tubuh tetap sehat sehingga lebih siap menerima oksigen. Direktur Slim+Health Sports Therapy di RS Mitra Kemayoran dan Mal TamanAnggrek Jakarta, dr Michael Triangto SpKO, mengungkapkan, orang melakukan aktivitas olahraga biasanya dibedakan atas tujuannya.

"Apakah sekadar menjaga kebugaran ataukah memang serius ingin membentuk otot-otot tubuh?" katanya.

Bagi mereka yang melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kebugaran semata atau sebagai ajang berkumpul bersama keluarga, Michael menyarankan aktivitas fisik berulang dengan intensitas ringan, namun berdurasi cukup panjang. Sebut saja jalan kaki atau jalan cepat bersama keluarga ataupun bermain bersama anak.

Sementara itu, orang yang terbiasa melakukan aktivitas latihan (exercise) rutin ataupun nge-gym 4- 5 kali seminggu, saat puasa diperlukan latihan yang sifatnya individual.

Perlu diingat juga, jika latihan sama sekali terhenti, maka dalam tempo dua minggu kebugaran bisa menurun hingga 50 persen. Terlebih bagi individu yang melakukan latihan pembentukan otot jika saat puasa berhenti total latihan bisa-bisa otot akan mengendur.

"Jadi, tetap lakukan latihan dengan intensitas lebih ringan, misalnya mengurangi beban atau jumlah repetisi," saran Michael.

Penuturan Michael diamini Krishnu, 28. Bulan puasa tak menyurutkan semangat pria yang berdomisili di Sudirman Park Jakarta itu untuk tetap menjalani aktivitas latihan yang rutin dilakukan tiga kali seminggu di pusat kebugaran di dekat kantornya.

"Jamnya masih sama, sore hari sekitar jam 4. Atau terkadang selepas salat tarawih sampai jam sepuluh malam," tutur Manajer Humas Bayer Health Care Indonesia itu.

Cukupi Kebutuhan Cairan

Menjaga kecukupan cairan dalam tubuh merupakan kunci utama puasa yang segar dan berstamina. Hal ini diakui dokter spesialis anak RS Pondok Indah Jakarta, Dr Adi Tagor SpA DPH. Kendati telah memasuki usia 73 tahun, pria yang akrab disapa dokter Tagor ini tetap semangat berpuasa Ramadan. "Kuncinya menjaga cairan tubuh, itu saja," ucapnya.

Dokter yang juga berpraktik di sebuah klinik di kawasan Prapanca dan Pondok Pinang itu mengingatkan orang yang berpuasa untuk tidak malas minum air saat berbuka hingga imsak tiba. Saat malam hari, umumnya orang cenderung tidak merasa haus karena sistem hormon dan mekanisme nokturnal tubuh telah mengaturnya demikian.

"Akibatnya, orang jadi lupa minum kalau malam hari, apalagi kalau di ruangan ber-AC. Padahal, saat puasa seharusnya banyak minum pada malam harinya," kata Tagor.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment