Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Friday, September 25, 2009

Berpuasa Bisa Sembuhkan Maag

Pola makan tidak teratur dan pengobatan yang salah dapat memperburuk penyakit maag (dispepsia). Dengan berpuasa Ramadan, keluhan maag justru bisa menghilang.

Benarkah? Bulan Ramadan datang hanya sekali dalam setahun.Tak afdal rasanya jika momen penuh berkah ini dilewatkan begitu saja. Bagi penderita maag, keinginan untuk menjalankan ibadah puasa acapkali dihantui keraguan, akankah berpuasa memperburuk kondisi maag?

Maag berasal dari bahasa Belanda yang artinya lambung. Rasa mual, mulas, perih, kembung kerap diidentikkan sebagai gejala khas maag atau dalam istilah kedokteran disebut dispepsia. Mereka yang terkena sindrom dispepsia umumnya mengeluhkan rasa tidak nyaman, nyeri atau perih di sekitar ulu hati, yang disertai rasa mual ingin muntah.

Selain itu, penderita maag biasanya juga merasakan kembung, cepat kenyang, sering sendawa, mulut terasa pahit dan nafsu makan menurun. Keluhan-keluhan tersebut terutama timbul jika mengenai saluran cerna bagian atas, termasuk kerongkongan, mulut, lambung sampai usus dua belas jari.

Terjadinya gangguan pada lambung biasanya disebabkan tidak terkendalinya produksi asam lambung. Tak jarang, asam lambung yang meluap lantas naik sampai ke mulut sehingga menimbulkan rasa asam pada mulut. Saat berpuasa, terutama 6-8 jam setelah puasa, perut yang kosong menyebabkan asam lambung meningkat sehingga memicu gejala sakit maag. Hal ini tentunya menimbulkan ketidaknyamanan dalam menjalankan ibadah puasa.

Staf Divisi Gastroenterologi FKUI/RSCM dr H Ari Fahrial Syam SpPD K-GEH MMB mengungkapkan, terdapat dua kategori dispepsia alias penyakit maag, yakni dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Menurut Ari, dispepsia organik bisa disebabkan radang tenggorokan, tukak pada lambung atau usus 12 jari, serta adanya tumor atau polip.

Sumber potensial lainnya adalah infeksi kuman Helicobacter pylori, adanya gangguan di saluran empedu atau pankreas, penyakit hati, diabetes, serta konsumsi obat-obatan. Seseorang dinyatakan dispepsia organik manakala hasil pemeriksaan lengkap seperti rontgen dan endoskopi mengindikasikan adanya kelainan lambung, usus 12 jari, radang, tumor, dan batu empedu.

"Orang dengan dispepsia organik yang belum diobati dianjurkan tidak berpuasa, terutama jika ada tanda bahaya," ungkap Ari seraya menyebutkan tanda-tanda bahaya dimaksud. Yakni pucat, berat badan turun, muntah darah dan/atau buang air besar hitam, tidak bisa menelan, dan mereka yang terkena dispepsia pertama kali pada usia di atas 45 tahun.

Sementara itu, kabar baik datang bagi penderita dispepsia fungsional. Menurut Ari, sekitar 80 persen kasus dispepsia bersifat fungsional, yaitu setelah dilakukan endoskopi dan pemeriksaan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya gangguan. Nah, orang dengan dispepsia fungsional biasanya justru bisa sembuh dengan berpuasa Ramadan.

"Puasa itu ditujukan untuk menjadi sehat. Dengan berpuasa, pola makan justru menjadi teratur, sehingga orang yang sakit maag pun bisa merasa lebih baik," tutur Ari.

Dengan kata lain, Ari menegaskan bahwa pada umumnya penderita sakit maag dapat berpuasa terutama jika sakit maagnya hanya gangguan fungsional. Sedangkan pada pasien dengan sakit maag kronis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dulu. Kalaupun tetap ingin melaksanakan puasa, biasanya dokter tetap menganjurkan minum obat sehingga tidak terjadi efek yang merugikan.

Lebih lanjut Ari menambahkan, dispepsia fungsional disebabkan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung. Pemicunya adalah pola makan tidak teratur, kebiasaan makan camilan berlemak, minum kopi atau minuman bersoda sepanjang hari, dan merokok. Selain itu hal-hal yang bersifat psikologis seperti stres fisik maupun mental, juga sangat berperan dalam timbulnya gangguan pada lambung.

Akibat fungsi otot lambung yang kurang baik dan dinding lambung yang terlalu sensitif, ketika lambung meregang sedikit saja biasanya penderita langsung merasakan ketidaknyamanan.

"Baru makan sedikit saja sudah terasa kembung," timpal rekan sejawat Ari di FKUI,Dr H Dadang Makmun SpPD KGEH.

Mengubah pola makan dan menghindari menu makanan yang merangsang produksi asam lambung berlebih merupakan upaya pencegahan sekaligus "pengobatan" alami bagi pasien dispepsia fungsional.

Secara umum, konsep pemberian makanan untuk penderita gangguan lambung adalah mengonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering. Namun, hal ini tentunya sulit dijalankan pada keadaan berpuasa karena kita harus menahan diri untuk tidak makan dan minum selama 14 jam.

"Hal terpenting adalah, hindari makanan dan minuman yang memperberat sakit maagnya. Selain itu sakit maagnya harus dievaluasi dan diobati sesuai kelainan yang didapat," ucap Ari yang senantiasa mengingatkan pasien sakit maag untuk tidak makan berlebihan saat sahur ataupun berbuka.

Sementara itu, stres sebagai salah satu faktor pencetus umumnya akan mereda saat berpuasa. "Inti dari puasa adalah pengendalian diri, termasuk emosi. Sehingga, faktor risiko stres pada orang sakit maag justru berkurang," pungkasnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment