Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Thursday, September 24, 2009

Lansia Boleh Puasa, Asal Makan Sehat, Bergizi, & Seimbang

Bagi lansia, puasa justru memberi banyak manfaat, seperti menurunkan kolesterol jahat, kolesterol total, trigliserida, dan asam urat.

BAGI orang muda yang masih segar bugar, berpuasa 14 jam tidaklah masalah. Namun, bagaimana dengan kakek-nenek yang sudah lanjut usia (lansia). Cukup bijakkah membiarkan mereka berpuasa? Siapa pun tak dapat menghindar dari penuaan.

Mereka yang telah berusia setengah abad atau lebih, harus sudah siap dengan segala perubahan menjelang datangnya masa lanjut usia (lansia). Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada periode usia tersebut, biasanya terjadi peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh.

Tak heran, banyak lansia yang mengalami gangguan kesehatan atau komplikasi penyakit. Dalam dunia kedokteran terdapat istilah pasien geriatri. Hal ini mengacu pada pasien lansia yang memiliki banyak penyakit dan harus mengonsumsi banyak obat, dengan gejala dan tanda penyakit yang acap kali tidak khas.

Penanda lainnya adalah penurunan fungsi organ tubuh, gangguan status gizi, dan masalah psikososial. Semua kondisi tersebut dapat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari si pasien. Terkait puasa, spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM Jakarta, dr Reno Gustaviani R SpPD, berpandangan bahwa keputusan untuk berpuasa Ramadan adalah pilihan religius yang diniatkan dari hati masing-masing individu.

Bagi mereka yang paham makna Ramadan, puasa tidak akan dianggap sebagai beban, melainkan berkah. Dengan berpuasa 14 jam per hari, organ tubuh terutama pencernaan diberi kesempatan beristirahat dan jumlah kalori yang masuk pun berkurang sekitar 12-15 persen. Pembatasan kalori ini dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan menurunkan risiko terkena berbagai penyakit. Selain itu, jumlah radikal bebas dalam tubuh menyusut, dan sebaliknya antioksidan meningkat.

"Penelitian pada lansia menunjukkan bahwa berpuasa dapat menurunkan kolesterol jahat, kolesterol total, trigliserida dan asam urat. Selain itu, tidak pernah ditemui adanya penyakit serius selama puasa Ramadan," tutur konsultan Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, DR Dr Siti Setiati SpPD KGer Mepid.

Kendati sudah uzur, semangat para lansia untuk berpuasa tak kalah dibanding orang muda. Survei skala kecil yang dilakukan di poliklinik Geriatri RSCM bulan Agustus 2008 mengungkapkan, 83,3 persen pasien lansia geriatri tetap berpuasa Ramadan sebulan penuh. Mereka mengaku memperoleh manfaat sehat dengan berpuasa, misalnya membuat badan lebih segar.

"Penyakit pada lansia bisa bersumber dari stres yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Dengan berpuasa, emosi lebih terkendali dan orang cenderung lebih pasrah sehingga daya tahan tubuh pun membaik," tutur wanita yang akrab disapa dokter Ati.

Ia menegaskan, lansia ataupun geriatri aman untuk berpuasa asalkan kondisinya stabil, penyakitnya terkontrol dan tidak ada infeksi akut. Adapun lansia yang tidak bugar, berpenyakit akut atau memiliki penyakit kronis degeneratif yang tak terkendali (semisal hipertensi), serta lansia yang sedang menjalani terapi lewat injeksi, disarankan untuk tidak berpuasa. Pada lansia yang berpuasa, hal utama yang patut diperhatikan adalah asupan cairan.

Pasalnya, saat seorang lansia berpuasa memang terjadi beberapa perubahan fisiologis maupun psikologis. Selain mudah timbul rasa lelah, lemah dan bingung, biasanya cairan tubuh juga menurun (semula 60 persen menjadi 45-50 persen). Begitu pun rasa haus berkurang sehingga asupan cairan lewat aktivitas minum ikut berkurang.

Akibatnya, lansia berisiko mengalami dehidrasi alias kekurangan cairan. Sayangnya, para lansia memang terkadang suka bersikap "ajaib". Tak jarang mereka menampakkan keengganan berkomunikasi, banyak tidur, sedikit minum, sedikit kencing, terkadang hilang nafsu makan atau tiba-tiba menjadi pendiam. Tanda-tanda ini harus dipahami dan diwaspadai.

"Setiap anggota keluarga lainnya harus peka dan memantau secara aktif, terutama dalam hal minum harus selalu diingatkan sehingga si lansia terhindar dari dehidrasi. Penelitian menunjukkan, puasa tidak menyebabkan gangguan fungsi ginjal selama asupan cairan terpenuhi. Bagi lansia yang minum obat, jangan lupa tetap diminum obatnya," saran Ati seraya menyebutkan jumlah cairan yang harus diminum per hari, yakni 30-50 cc per kilogram berat badan atau sekitar 8-10 gelas.

Berikutnya adalah menu makanan yang dikonsumsi saat berbuka dan sahur, ataupun selama rentang waktu antara keduanya. Dr Ahmad Jalaludin dari RSIA Muhammadiyah Jakarta Selatan mengingatkan, saat berbuka lansia tidak dianjurkan makan langsung banyak.

"Makanlah dalam porsi kecil tapi sering. Setelah buka puasa sebaiknya juga jangan langsung tidur untuk memperlancar pencernaan," tutur Ahmad.

Keluarga tetap berperan penting memantau asupan makanan pada lansia yang tinggal bersamanya. Misalnya lantaran terlalu tekun beribadah atau zikir, si lansia jadi lupa makan atau minum sehingga harus terus diingatkan atau bahkan disuguhkan langsung di hadapannya.

Sebaliknya, bila lansia makan berlebih atau mengonsumsi jenis makanan yang kurang tepat bagi kesehatannya, keluarga juga harus memperingatkan dan memberi pengertian. "Isi perut yang berlebihan merupakan awal munculnya berbagai penyakit. Makanlah makanan yang sehat, bergizi, dan seimbang," pungkas Ati.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment