Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Monday, September 7, 2009

Mudik Berkendara, Tidur Cukup, Relaksasi, Peregangan

Dua pekan menyongsong Lebaran, aura mudik mulai terasa. Bagi mereka yang akan mudik dengan mengemudikan kendaraan sendiri, persiapan prima diperlukan agar selamat dan sehat sampai tujuan.

Saat Ramadan, umumnya orang yangberpuasamengalamiperubahan pola makan dan tidur. Terkait pola dan lamanya tidur, kemungkinan orang yang berpuasa akan mengalami pengurangan,terutama karena harus terbangun dini hari untuk melakukan sahur. Bahkan, bagi yang rajin beribadah, biasanya mereka sudah terbangun sejak tengah malam untuk melaksanakan salat malam, seperti salat tahajud.

Dengan segala aktivitas tengah malam hingga menjelang subuh dini hari tersebut, otomatis waktu tidur jadi terpotong-potong. Padahal, jika terjadi kekurangan tidur, badan jadi tidak bugar, sulit berkonsentrasi, bahkan dapat mengundang penyakit. Selain itu, biasanya akan terjadi aksi "balas dendam" untuk membayar "utang tidur" tadi.

Sleep scientist dari RS Mitra Kemayoran Jakarta Dr Andreas Prasadja mengungkapkan, bagi orang berpuasa yang tidak bekerja, kekurangan tidur dapat "dibayar" dengan leluasa saat tidur siang. Adapun bagi mereka yang bekerja, Andreas menyarankan untuk memanfaatkan waktu luang di sela-sela jam kerja.

Misalnya, jam makan siang yang biasanya untuk makan diganti dengan salat zuhur dan tidur siang sejenak atau disebut juga diurnal nap. "Tidurnya tidak perlu lamalama, cukup 15-30 menit. Begitu bangun, badan lebih segar dan siap bekerja lagi," katanya.

Pernyataan Andreas diamini Happy, 35. Pria yang sehari-hari ngantor di EC-Indonesia Flegt Support Project ini mengungkapkan, berpuasa tidak memengaruhi vitalitasnya dalam beraktivitas.

Penggemar seli (sepeda lipat) ini pun mengaku tidak terbebani dengan "utang tidur" saat berpuasa. Acap kali di mana pun setiap ada kesempatan, semisal di kantor atau di mobil, dia menyempatkan diri tidur sesaat. "Paling-paling 5 menit. Begitu bangun badan tetap segar," tukas Happy yang berdomisili di Bogor dan berkantor di Gedung Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

"Selepas sahur, biasanya saya tidak tidur lagi karena jam 04.30 WIB sudah harus berangkat ke kantor," imbuhnya.

Sebanyak apa pun aktivitas dan kesibukan seseorang, tubuhnya dilengkapi jam biologis yang secara otomatis mengirimkan sinyal kapan saat beraktivitas dan kapan harus beristirahat.

Spesialis Anak RS Pondok Indah Dr Adi Tagor SpA DPH sepakat menganjurkan diurnal nap yang sejatinya merupakan tuntutan alamiah tubuh dan hak tubuh untuk beristirahat. "Tujuannya adalah menyinkronisasikan antara irama tubuh dengan alam. Fisiologi tubuh manusia memang sudah mengaturnya seperti itu," ungkapnya.

Masih tentang kaum pekerja, Andreas menyayangkan jika ada orang yang memaksakan diri pulang kantor sore hari pada kondisi mengantuk, terlebih mereka yang mengendarai motor atau mobil sendiri. Data melaporkan, seseorang yang mengemudi dalam keadaan mengantuk bahkan lebih berisiko mengalami kecelakaan dibanding mereka yang berkendara dalam kondisi mabuk.

"Karena itu, selepas jam kerja, terutama saat sedang tidak banyak kerjaan, sempatkan 15-30 menit sebelum pulang untuk beristirahat dulu," saran dia.

Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas akibat mabuk memang terbilang sedikit. Adapun yang terbanyak adalah disebabkan kondisi jalan (rusak, berlubang, licin), kondisi kendaraan yang sudah tidak layak, dan kantuk.

Penyebab yang terakhir ini dapat menjadi ancaman bagi ribuan pemudik yang mengemudi sendiri, tetapi tidak mempersiapkan fisik dan mentalnya secara baik. Andreas menyarankan, mereka yang akan mudik jarak jauh dengan kendaraan sebaiknya sebisa mungkin "menabung tidur".

"Seminggu sebelum mudik, sempatkan istirahat dan tidur cukup. Ingatlah bahwa daya tahan tubuh akan meningkat signifikan saat tidur," tandasnya.

Dari tahun ke tahun, rutinitas mudik Lebaran dengan kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor, masih banyak diminati. Selain lebih praktis tanpa perlu mengantre tiket, biaya yang dikeluarkan pun dinilai lebih hemat.

"Kalau saya mudik naik kereta kelas bisnis, jatuhnya bisa Rp85.000. Tapi kalau naik motor lebih irit, paling-paling Rp50.000," kata Ibrohim, pemudik asal Tegal yang bekerja di Tangerang.

Pria yang akrab disapa Brohim itu mengaku sudah empat kali mudik Lebaran menempuh perjalanan Jakarta-Tegal dengan sepeda motor. Mengingat arus lalu lintas yang cukup macet, waktu tempuh pun tidak bisa diprediksi.

"Normalnya 6-7 jam, tapi kalau mudik Lebaran bisa sampai 12 jam," ungkapnya.

Terpaku berjam-jam di atas sepeda motor sudah pasti menimbulkan keletihan tersendiri. Untuk itu, seminggu sebelum mudik, biasanya Brohim melakukan latihan fisik berupa olahraga ringan, seperti peregangan untuk melenturkan otot-otot tangan, kaki, bahu, pinggang, leher. Menurut dia, kelima otot tersebutlah yang paling sering "tersiksa" saat berkendara jarak jauh dengan sepeda motor.

"Kalau tidak latihan dulu, bisa-bisa kita kaget kalau tiba-tiba terjatuh di tengah jalan. Saat mudik, setiap empat jam perjalanan, saya juga biasanya menyempatkan istirahat setengah jam sekadar untuk meluruskan kaki dan tangan yang pegal," ujar ayah berputri satu itu seraya menyarankan pemudik jarak jauh untuk mengenakan pakaian yang longgar dan tidak ketat.

"Tujuannya supaya nyaman dan pembuluh darah tidak terlalu tertekan. Kalau jaket tetap harus dipakai," saran dia.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment