Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Saturday, September 26, 2009

Kontrol Gula Selama Berpuasa

Tak ada halangan bagi penyandang diabetes berisiko rendah untuk berpuasa. Kuncinya, tetap kontrol gula darah dengan baik

"Saya diabetes, amankah berpuasa?". Pertanyaan semacam itu sangat umum dilontarkan penyandang diabetes alias diabetesi setiap kali Ramadan tiba. Sama halnya dengan pasien berpenyakit kronis lainnya, diabetesi yang ingin berpuasa juga dihantui rasa ragu dan khawatir bilamana penyakitnya memburuk. Keraguan ini cukup beralasan mengingat diabetes merupakan penyakit sistemik yang efeknya bisa mengenai seluruh tubuh, termasuk organ-organ.

Diabetes mellitus (DM) ditandai dengan tingginya kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Seseorang dikategorikan diabetesi bila kadar glukosa dalam darahnya melebihi 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan.

Terkait puasa Ramadan, selama berpuasa individu memperoleh energi pertama dari makanan sahur dan selebihnya sumber energi dari dalam tubuh yang didapat dari pemecahan glikogen hati. Glikogen hati dapat menjadi sumber glukosa selama 12-16 jam.

Spesialis Penyakit Dalam dari FKUI/RSCM Jakarta, Dr Dante Saksono H SpPD PhD, mengungkapkan bahwa saat berpuasa memang terjadi beberapa perubahan fisiologis.

Biasanya terjadi penurunan kadar glukosa darah yang pada beberapa keadaan juga bisa memicu terjadinya hipoglikemia (kadar gula turun di bawah normal.Jika dibiarkan, efeknya bisa jadi yang bersangkutan tidak sadarkan diri dan tidak bangun lagi.

"Kebalikannya, saat berpuasa penyandang diabetes bisa juga mengalami hiperglikemi, yaitu kadar gula darah naik di atas normal," sebut Dante.

Ia menegaskan, keinginan berpuasa harus disikapi dengan bijak oleh penyandang diabetesi dan hendaknya jangan memaksakan diri.

"Konsultasikan dengan dokter yang akan menentukan layaktidaknya Anda berpuasa. Selain itu, tidak boleh ada komplikasi. Kenali juga tanda-tanda yang mengharuskan Anda membatalkan puasa," saran dia.

Sebelum memutuskan berpuasa, diabetesi hendaknya mengenali diri dan penyakitnya, apakah termasuk kategori risiko rendah, sedang, atau malah tinggi? Risiko rendah dialamatkan pada pasien yang diabetesnya terkontrol dengan diet, terkontrol dengan 1 macam obat dengan baik dan stabil, serta tidak ada komplikasi berat.

Kategori kedua adalah pasien dengan risiko sedang. Pasien ini tinggal sendiri dan menggunakan insulin,sehingga dikhawatirkan bilamana terjadi hipoglikemi tidak ada orang lain yang mengetahui. Misalnya orang lanjut usia (lansia) yang tinggal sendiri, orang dengan pekerjaan berat, dan pasien yang memakai insulin sekali sehari, atau memakai obat oral kombinasi.

Dante mengungkapkan, kelompok risiko rendah umumnya masih aman berpuasa asalkan tetap melakukan penjagaan dan pemantauan kadar gula darah dengan baik.

Begitu pun kelompok risiko sedang masih boleh melakukan puasa, tapi harus mendapatkan kontrol dari dokter dan rajin berkonsultasi.

"Bagi pasien yang mengonsumsi lebih dari satu macam obat, dokter akan mengatur penyesuaian jadwal minum obatnya," ujarnya.

Berikutnya adalah pasien diabetesi berisiko tinggi yang harus ekstra hati-hati. Mereka adalah penyandang DM tipe 1, menggunakan insulin dosis tinggi atau dalam jumlah banyak, mengalami sakit berat, sedang hamil, atau ada riwayat komplikasi berat.

Kelompok ini dianjurkan tidak berpuasa, atau kalaupun ingin berpuasa harus terkontrol dengan ketat oleh dokter. Hal penting yang harus senantiasa diingat oleh para diabetesi adalah membiasakan memonitor glukosa darah secara ketat, sebab glukosa darah dapat berfluktuatif secara cepat selama Ramadan. Begitu pula tanda dan gejala hipoglikemia dan dehidrasi penting untuk dikenali.

"Rajin-rajinlah memeriksa kadar gula darah. Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dl sebaiknya segera berbuka saja," saran Spesialis Penyakit Dalam FKUI/RSCM,dr Reno Gustaviani R SpPD.

Pilah-pilih Makanan Aman

Kunci dari penanganan diabetes adalah kadar gula yang terkontrol. Hal ini tentunya harus didukung dengan pengaturan dan pemilihan makanan atau minuman yang tepat. Saat sahur misalnya, hindari menu yang dapat merangsang insulin bekerja keras seperti gula murni, gula tebu, cake yang manis, dan gorengan.

Selain makan berat, adakalanya orang yang berpuasa juga ingin ngemil,misalnya selepas salat tarawih sebelum tidur. Saat ini cukup banyak makanan ataupun minuman yang "bersahabat" bagi diabetesi, misalnya dengan melabeli sugar free ataupun rendah gula.

Pelabelan tersebut biasanya juga mengacu pada nilai Glycemic Index (GI). GI merupakan istilah pemberian peringkat bahan pangan dari nilai 0-100 berdasarkan kemampuannya untuk menaikkan kadar gula darah tubuh setelah mengonsumsi bahan pangan berkarbohidrat.

Menurut ahli gizi Prof Dr Made Astawan,makanan dengan nilai GI rendah sangat baik untuk kesehatan, terutama untuk mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan mengontrol gula darah serta berat badan. Nah, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan makan camilan (snacking habit), Made bersama timnya beberapa waktu lalu melakukan penelitian mengenai nilai GI pada beberapa jenis camilan yang beredar di Indonesia.

Dalam penelitiannya, bahan pangan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pangan dengan GI rendah (kurang dari 55); GI sedang (antara 55-70) dan GI tinggi (lebih dari 70) berdasarkan skala 0-100. Suatu bahan pangan yang dengan cepat menaikkan kadar gula darah sesaat setelah dikonsumsi berarti memiliki nilai GI tinggi. Sebaliknya, bahan pangan yang lambat menaikkan kadar gula darah setelah dikonsumsi, memiliki GI rendah.

Adapun camilan (snack) yang diteliti meliputi snack biskuit berbasis tepung terigu; snack bar berbasis tepung kedelai dan buah-buahan kering; snack berbasis cokelat; serta snack wafer berbasis campuran tepung terigu dan cokelat. Soyjoy, salah satu makanan berbentuk bar yang merupakan konsep baru dari Jepang turut diikutsertakan pada penelitian tersebut.

Camilan sehat ini sepenuhnya terbuat dari tepung kedelai dan buah-buahan asli yang mengandung protein, serat, vitamin A, B, E, dan Isoflavon. Terkait GI, hasil penelitian Made dan timnya mengukuhkan Soyjoy sebagai salah satu camilan dengan nilai GI rendah, yaitu sebesar 25 dari skala 0-100. Selain itu, camilan praktis ini juga mengandung protein dan serat pangan tinggi serta kandungan gula dan daya cerna pati yang rendah.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment