Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Tuesday, August 24, 2010

Kontrol Kolesterol Selama Berpuasa

Menyantap menu makanan manis dan tinggi lemak plus kurangnya aktivitas fisik di bulan puasa, bisa memicu tingginya kadar kolesterol. Nah, bagaimana mengatasinya?

Banyak kebiasaan makan yang salah yang terjadi saat bulan Ramadan tiba. Mengonsumsi makanan berlebihan misalnya, kebiasaan ini menjadi salah satu kebiasaan dari beberapa orang saat berbuka puasa atau saat makan sahur. Umumnya, orang memakan makanan secara berlebihan karena sebagian dari mereka merasa takut jika siang hari kelaparan, apabila tidak menyimpan cadangan makanan yang banyak. Kebiasaan tersebut juga semakin diperburuk dengan kebiasaan tidur setelah makan sahur yang semakin menumpuk cadangan lemak tubuh.

Dikatakan spesialis penyakit saraf serta Ketua Bidang Humas dan Penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia Dr H Sutarto Prodjo Disastro SpS, bahwa apabila pola makan yang salah terus dilakukan, maka tidak dapat dipungkiri kesehatan tubuh pun akan terganggu, seperti stroke yang disebabkan kolesterol. ”Untuk menghindari penyakit serius seperti stroke, mengontrol kolesterol serta menjalani hidup yang lebih sehat, baik selama Ramadan dan Hari Raya, maupun setelah itu sangatlah dianjurkan,” tandasnya.

Dikatakan Marketing Communications Senior Manager PT Pfizer Indonesia Andriani Ganeswari, bahwa sudah menjadi kebiasaan setiap Ramadan serta saat Idul Fitri, kita memiliki kecenderungan mengonsumsi makanan dan minuman yang manis dan bersantan.
Selain itu, kita pun cenderung untuk mengurangi aktivitas olah tubuh dengan alasan untuk menyimpan tenaga agar kuat menjalani tugas sehari-hari.

”Tanpa kita sadari perubahan gaya hidup selama Ramadan dan Idul Fitri ini dapat menimbulkan risiko kolesterol tinggi,” ucapnya. Untuk itu, bagi para penderita kolesterol, sangat disarankan untuk mengontrol pola makan selama Ramadan dan saat Idul Fitri nanti, serta tidak lupa untuk berolahraga ringan.

Bisa dikatakan, peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan kolesterol yang diakibatkan pola hidup yang tidak sehat. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, saat ini ada kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih dalam usia produktif.Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktivitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial-ekonomi keluarga.

Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang 80% dihasilkan dalam tubuh, yaitu oleh organ hati dan sisanya dari luar tubuh lewat asupan makanan. Kolesterol memiliki beragam fungsi bagi tubuh, antara lain sumber energi, pembentukan dinding sel, dan pembentukan hormon.
Selain itu, kolesterol membawa dampak baik untuk kesehatan apabila kadarnya dalam darah masih dalam keadaan normal. Namun apabila kolesterol yang berada dalam darah kadarnya melebihi batas normal, justru akan memberi dampak negatif dan membahayakan kesehatan.

Di negara-negara maju dengan konsumsi kolesterol yang tinggi, seperti Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penelitian yang dilakukan American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa lebih dari 100 juta orang di negara tersebut memiliki kadar kolesterol di atas rata-rata dan 40 juta di antaranya berkadar kolesterol yang sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke mencapai 500.000 orang setiap tahunnya.

Sementara data yang dikeluarkan WHO pada 2002, menyebutkan bahwa hiperkolesterolemia menyebabkan 4,4 juta kematian di dunia. Sebagian besar dari orang yang memiliki sifat hiperkolesterolemia adalah mereka yang mempunyai rata-rata kadar kolesterol cukup tinggi antara 200–250 mg%. International Stroke Conference (konferensi stroke internasional), suatu konferensi yang diadakan di Wina, Austria pada 2008 menyatakan bahwa jumlah pengidap stroke di kawasan Asia terus meningkat. Stroke yang juga merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia saat ini, cenderung mengancam usia-usia produktif di bawah 45 tahun.

Dikatakan spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah dr Arieska Ann Soenarta SpJP (K), bahwa tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat mengganggu kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan risiko serangan jantung koroner. Di beberapa negara maju, prevalensi penyakit jantung koroner sebenarnya sudah mulai menunjukkan penurunan beberapa tahun terakhir ini, tetapi tidak demikian dengan negara berkembang. Pola hidup yang tidak sehat merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung koroner yang diakibatkan tingginya kadar kolesterol dalam darah. ”Karena itulah, sangat penting bagi masyarakat untuk mulai menyikapi kolesterol dengan bijak sejak dini dan mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat,” tuturnya dalam acara temu media bertema ”Kontrol Hidup Kontrol Kolesterol” yang diadakan PT Pfizer Indonesia beberapa waktu lalu.

Perlunya Cek Kolesterol Rutin

Banyak cara untuk mengontrol kolesterol. Bagi yang belum memiliki sifat hiperkolesterolemia, risiko gangguan ini dapat dikontrol dengan secara berkesinambungan mengontrol gaya hidup mereka melalui pola makan dan olahraga. Untuk mendeteksi risiko kolesterol yang mungkin dihadapi, masyarakat juga harus secara rutin melakukan cek kolesterol setidaknya enam bulan sekali.

”Deteksi rutin ini dapat membantu masyarakat untuk lebih cepat bertindak dalam mengantisipasi gangguan kolesterol apabila tingkat risiko mereka sudah dinyatakan tinggi,” paparnya.

Bertindak dengan cepat untuk menurunkan kadar kolesterol jahat yang ada di dalam tubuhnya, adalah satu tindakan yang harus dilakukan bagi seseorang yang telah terdeteksi memiliki risiko gangguan kolesterol tinggi. Konsumsi obat-obatan secara teratur dan mengubah gaya hidup, dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol.

”Kadar kolesterol juga harus diperiksa secara rutin di laboratorium dan dikonsultasikan dengan dokter,” jelas Arieska. Sejak 2005, Pfizer telah mengenalkan konsep 3 Ring Peduli Kolesterol yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengontrol gaya hidupnya agar terbebas dari gangguan kolesterol.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

No comments:

Post a Comment