Untuk memudahkan menemukan artikel yang anda cari, silahkan gunakan Search Box berikut:

Tuesday, September 29, 2009

Puasa Nyaman Tanpa Sariawan

Selama satu bulan penuh umat muslim menjalankan ibadah puasa. Selama berpuasa, tubuh mengalami kekurangan cairan. Kalau sudah begitu, banyak "masalah" yang bisa muncul, antara lain, tenggorokan kering dan bibir pecah-pecah.

Menurut dr Hendarto N, MARS, SpPD, dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, sariawan adalah suatu kelainan pada selaput lendir mulut berupa bercak putih agak kekuningan dengan permukaan yang agak cekung. Bercak itu dapat menyerang lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut.

"Sebetulnya sariawan ini tak berbahaya. Hanya saja memang cukup mengganggu," ungkapnya.

Penyebab dan Gejala. Banyak hal yang dapat menjadi pencetus terjadinya sariawan, seperti luka karena tergigit, mengonsumsi makanan atau minuman panas, alergi, kekurangan vitamin C, zat besi, kelainan pencernaan, kebersihan mulut, dan kondisi yang kurang sehat.

Dari beberapa faktor pencetus yang ada, biasanya penyebab sariawan lebih identik dengan kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi robek, yang akhirnya menyebabkan sariawan.

"Umumnya sariawan itu ditandai dengan rasa nyeri, sehingga sulit untuk menelan makanan. Bahkan, jika sariawan itu semakin besar, akan membuat kita menjadi demam," ungkapnya.

Faktor psikologis, seperti emosi dan stres, juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya sariawan.

Sariawan yang menyerang di daerah sekitar mulut ini juga terdiri dari berbagai macam. Pertama, sariawan tipe minor, yaitu sariawan yang diameternya kurang dari 10 mm dan dapat sembuh dalam jangka waktu kurang dari 10 hari.

Kedua, sariawan yang diameternya lebih besar dari tipe minor dan proses penyembuhannya memakan waktu lebih dari tiga bulan. Terakhir, sariawan tipe herpetiform, yaitu sariawan yang bentuknya berupa bintil-bintil kecil yang banyak, seperti luka pada penyakit herpes yang tersebar di dalam mulut.

"Gangguan sariawan ini dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan," sambungnya.

Pengobatan

Sariawan ukanlah penyakit yang berbahaya. Juga bukan penyakit yang mudah diobati. Selama penyebab utamanya belum dihilangkan, sariawan akan terus menyerang. Bisa dalam jangka waktu harian, mingguan, bahkan tahunan.

"Sariawan sebenarnya dapat hilang secara alami tanpa bantuan obat-obatan, seiring bergantinya sel-sel kulit yang mati dan tidak diperlukan oleh tubuh. Biasanya dalam 2 minggu juga udah bisa sembuh," katanya.

Selama bulan puasa, biasanya sariawan mudah timbul karena kurangnya cairan dalam tubuh. Menurut dr Hendarto, untuk menghindari timbulnya sariawan selama bulan puasa, orang dianjurkan untuk minum lebih banyak air putih pada waktu sahur. Selain itu, obat-obatan untuk mengobati sariawan juga dapat digunakan asal sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

"Sekarang ini kan banyak larutan. Itu juga bisa," sambungnya.

Ada pula obat yang secara khusus digunakan untuk mengobati sariawan, seperti obat oles, obat tetes, obat suntik atau pun dalam bentuk tablet dan kapsul.

"Nantinya kalau pencernaan sudah mambaik dan bekerja seperti biasanya, metabolisme tubuh pun akan menjadi lancar dan secara otomatis sariawan yang merupakan sel-sel kulit yang terluka akan hilang dari tubuh dan akan menjadi jaringan sel kulit baru yang menggantikan posisi sebelumnya," terangnya.

Bagi mereka yang menderita sariawan karena faktor strtes, ada baiknya mengatasi stres terlebih dahulu.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Buah untuk Sahur dan Berbuka

Aneka buah dapat disantap utuh, diblender ataupun dibuat jus. Untuk keperluan sahur dan berbuka, kenali perbedaan cara menyantap buah yang sehat juga tepat. Seperti apa?

Selama bulan Ramadan, orang yang berpuasa umumnya mengalami perubahan, terutama terkait pola makan yang semula tiga kali sehari menjadi dua kali yaitu saat sahur dan berbuka. Demikian halnya jam makan yang tidak memungkinkan orang berpuasa Ramadan untuk makan dan minum sejak pagi hingga sore hari selama kurang lebih 14 jam.

Penurunan frekuensi makan dan minum menyebabkan metabolisme tubuh berkurang. Akibatnya, energi yang digunakan untuk mempertahankan kelangsungan kinerja fungsi organ tubuh pun ikut menurun. Idealnya, perhitungan persentase makan saat sahur dan buka haruslah memenuhi syarat gizi seimbang harian, yaitu 1.500-2.000 kalori untuk perempuan dewasa dan 1.800-2.500 kalori untuk laki-laki dewasa.

Glukosa yang merupakan salah satu karbohidrat terpenting penghasil tenaga juga harus dikonsumsi secara seimbang. Lengkapi juga dengan sumber lain seperti protein dan lemak yang baik. Di samping itu, amatlah penting untuk mengedepankan konsumsi sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan serat selama berpuasa.

"Setiap hari, makanlah 10 macam buah dengan warna beragam. Juga 3 porsi sayuran," saran ahli gizi dari Semanggi Specialist Clinic Jakarta,Dr Samuel Oetoro SpG(K).

Orang yang berpuasa umumnya akan mengalami beberapa perubahan fisiologis, misalnya terjadi penurunan kadar gula darah (glukosa) di dalam tubuh. Itulah sebabnya, saat berbuka dianjurkan makan-makanan yang manis supaya gula yang hilang cepat tergantikan. Makanan atau minuman yang disantap saat awal berbuka pun hendaknya tak sekedar manis, tapi juga sehat.

Saat beduk magrib bertalu, kebiasaan langsung menyantap es cendol, kolak yang sangat legit, ataupun teh manis bergula banyak, menurut Samuel, kurang tepat. Sebabnya, kandungan gula dalam makanan tersebut cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan kadar gula berlebih, bahkan memicu diabetes. Untuk itulah, Samuel menyarankan alternatif paling tepat adalah dengan meminum jus buah yang kandungan airnya tinggi seperti apel, jambu, dan jeruk.

"Saat berbuka, jangan langsung makan buah utuh ataupun buah yang diblender. Yang terbaik, minumlah jusnya," ujarnya dalam talksow "Sehat di Bulan Ramadan" yang digelar Buavita dan Celebrity Fitness di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Mungkin Anda bertanya-tanya, tidakkah menyantap buah utuh lebih baik? Menurut Samuel, hal terpenting saat berbuka adalah selekasnya mengembalikan kadar gula ke posisi normal sehingga tubuh bugar kembali dengan cepat.

"Kalau makan buah utuh ataupun buah yang diblender berarti masih banyak seratnya sehingga kadar gula akan lambat naiknya," jelas dia.

Samuel menambahkan, variasi jenis buah yang dikonsumsi perlu dilakukan agar elektrolit vitamin yang diperoleh lebih lengkap lantaran tidak ada satu buah pun yang komposisinya lengkap. "Seusai minum jus, baru makan dengan gizi seimbang dan tidak tinggi lemak," katanya.

Sumber gula lainnya yang juga dianggap baik untuk disantap saat berbuka adalah kurma. Buah bernama latin Phoenix dactilyfera ini mengandung gula, kalium, magnesium, potasium sekaligus karbohidrat yang baik bagi tubuh.

"Tidak masalah kalau saat berbuka langsung makan kurma dulu untuk mengisi glukosa yang turun," sebut Guru Besar Pangan dan Gizi dari IPB, Prof Dr Ir Ali Khomsan.

Berbeda dengan buka puasa, saat sahur orang dianjurkan menyantap jenis makanan yang lambat dicerna dan tinggi serat sehingga menunda lapar lebih lama. Untuk keperluan ini, Anda disarankan menyantap buah yang masih segar dan utuh.

"Makanlah buah dengan seratnya. Kalau malas dimakan utuh, diblender saja. Gula dan serat pada buah ini akan diserap perlahan-lahan, sehingga kadar gula naiknya pelan dan turunnya juga pelan," papar Samuel.

Perlu diingat bahwa mengonsumsi buah merupakan elemen penting selama berpuasa. Untuk sahur, 15-30 menit setelah makan besar disarankan mengonsumsi buah-buahan segar seperti apel, pir, jeruk, dan jambu. Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah juga kaya serat terutama di bagian kulitnya sehingga dapat membuat perut kenyang dalam waktu lama.

"Makanan yang berserat membuat proses penyerapan glukosa lebih lambat dan tidak merangsang peningkatan insulin," sebut dia.

Lebih lanjut Samuel menyarankan untuk tidak menambahkan gula saat membuat jus buah segar. Kalaupun tetap ingin diberi gula, tambahkan sedikit saja. Hal ini diterapkan terutama bagi orang dewasa usia di atas 30 dan orang lanjut usia (lansia).

"Kalau pada anak dan remaja tidak perlu terlalu ketat karena sebenarnya pada usia tersebut umumnya tubuh masih mampu menetralisasi kelebihan gula dengan baik," kata dia.

Masih terkait buah, bagi Anda para orangtua sebaiknya rajin memperkenalkan beragam buah pada anak sedini mungkin. Dengan begitu, pada masa mendatang si anak akan suka dan terbiasa menyantap buah, minimal satu macam buah sebagai pendamping makan.

Buah seperti tomat dan mangga juga tinggi betakaroten yang bagus untuk menangkal radikal bebas dan menjaga kesehatan mata si kecil. Ali Khomsan mengatakan, buah baik bagi semua umur, termasuk lansia. Konsumsi buah saat berbuka dan sahur juga membantu meningkatkan asupan cairan sehingga mencegah dehidrasi saat puasa.

"Saat puasa biasanya tubuh lebih sedikit mendapat cairan yang mencukupi. Untuk itu, dianjurkan mengonsumsi buah-buahan berair seperti semangka, melon, dan jeruk. Kalau jeruk dirasa terlalu asam, bisa diganti yang lebih manis seperti apel dan pisang. Bagi penderita maag, sebaiknya juga lebih berhati-hati memilih makanan," pungkas Ali


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Puasa lancar, Menyusui Aman

Bolehkah ibu menyusui berpuasa? Boleh-boleh saja, asalkan si ibu kuat secara fisik dan mental dan bayi tidak kekurangan asupan ASI. Puasa ternyata tidak mengurangi komposisi dan kandungan ASI.

Keraguan seringkali menghampiri para ibu hamil dan menyusui saat bulan Ramadan tiba. Di satu sisi mereka tak mau melewatkan bulan penuh berkah tersebut dengan menjalankan ibadah puasa. Di sisi lainnya, mereka mempertimbangkan janin yang dikandung atau bayi mungil yang disusuinya. Akan berkurangkah asupan nutrisi bagi mereka saat si ibu puasa?

Ditinjau dari sisi kesehatan, ibu menyusui melakukan puasa memang sulit untuk memenuhi keseimbangan gizi dan kebutuhan energi yang memang lebih banyak. Namun, bukan berarti mereka dianjurkan tidak puasa. Dengan pola berbuka dan sahur yang benar mereka tetap bisa menjalankan ibadah puasa.

Konselor Laktasi, Mia Sutanto menuturkan, sebenarnya tidak ada pantangan bagi ibu menyusui untuk berpuasa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa. Ibu harus kuat secara fisik dan mental, kondisi kesehatan bayi dapat tetap terjaga, dan bayi tidak berkurang asupan ASI-nya sehingga berisiko kelaparan.

"Syarat-syarat tersebut harus terpenuhi apabila ibu yang sedang menyusui, tetap ingin melakukan puasa," tutur Mia yang juga merupakan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).

Bagi ibu yang menyusui bayi berusia di atas 6 bulan mungkin sudah bisa memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas. Karena bayi sudah mendapatkan MPASI (makanan pendamping ASI).

"Sehingga apabila memang terjadi penurunan produksi ASI sewaktu si ibu berpuasa, maka kebutuhan nutrisi dan gizi dapat tetap terpenuhi melalui tambahan asupan makanan," tutur Mia yang berpraktik konseling menyusui di The Jakarta Breastfeeding Center.

Berbeda dengan ibu menyusui bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dalam periode pemberian ASI eksklusif ini bayi benar-benar bergantung pada ASI, karena ASI merupakan satu-satunya sumber asupan si bayi. Ibu menyusui sebaiknya menimbang lebih matang. Jangan sampai puasa yang dilakukan sang ibu mengganggu sumber asupan tersebut. Baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

"Sehingga memang untuk ibu-ibu yang masih mempunyai bayi berusia 0-6 bulan, tidak dianjurkan untuk berpuasa untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," pesan wanita yang juga disibukkan dengan profesinya sebagai direktur di PT Mitra Dua Sejahtera.

Apabila ibu dengan bayi berusia 0-6 bulan dan masih memberikan ASI eksklusif, dan si ibu memaksa untuk tetap berpuasa, Mia menyarankan kepada sang ibu agar selalu harus senantiasa mewaspadai beberapa hal. Beberapa hal yang mungkin terjadi di antaranya adalah ibu mengalami rasa lemas dan rasa lapar yang berlebihan. Produksi ASI juga rentan menurun sehingga bayi terkesan tidak pernah kenyang (misal menyusu terus-terusan, rewel dan lainnya).

"Selain itu, dimungkinkan bayi akan mengalami gangguan tumbuh kembang akibat asupan ASI yang kurang," paparnya.

Bagi ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di atas 6 bulan dan ibu menjalankan ibadah puasa, maka pola menyusui tetap sama, yang berubah tentu adalah pola makannya. Masih dikatakan oleh Mia, persiapan yang dapat dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan selain niat yang tulus dan ikhlas, juga persiapan fisik dan mental, persiapan dukungan dari anggota keluarga, rekan-rekan kantor, dan lainnya.

Ibu menyusui juga harus mempersiapkan bayinya dengan cara mengajak bayi berbicara dan memberitahukan bahwa sang ibu akan melakukan ibadah puasa. "Di mana hal itu juga diharapkan agar sang buah hati mau mendukung niat bundanya tersebut," ujarnya.

Kondisi tiap ibu berbeda. Oleh karena itu, dikatakan Mia, bagi ibu-ibu yang sejak awal produksi ASInya memang pas-pasan, dan termasuk fluktuatif atau sensitif terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu misalnya ibu sedang stres, maka kemungkinan apabila ia berpuasa, maka produksi ASI-nya akan terpengaruh.

Namun, bagi ibu menyusui yang tak bermasalah, puasa tetap bisa dijalankan. Mia berpesan bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa untuk tetap mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tingkatkan asupan protein dan cairan atau minuman. Usahakan pola makan tetap 3x sehari, yaitu saat sahur, berbuka puasa dan setelah salat tarawih.

"Jangan lupa untuk tetap memantau kondisi diri sendiri dan kondisi bayi tetap agar senantiasa sehat," pesan ibu dua anak ini.

Hal yang sama juga dikatakan oleh dokter anak dari Rumah Sakit Puri Indah Jakarta Barat, dr Jeanne Roos Tikoalu, SpA bahwa ibu harus cukup makan dengan gizi yang seimbang dan cukup konsumsi air saat tidak puasa yaitu antara waktu berbuka sampai sahur.

"Bila ibu memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya, pasti ibu akan bisa tetap mempertahankan kegiatan laktasinya," ujar Jeanne.

Ia mengatakan, meski puasa, ibu harus tetap menyusui bayi secara rutin dan teratur. Dan saat puasa, bila ibu merasa haus dan tidak tahan untuk puasa dan menyusui, usahakan mempunyai cadangan ASI yang sebetulnya sudah bisa mulai ditabung sebelum bulan puasa tiba. Tetapi jika tidak memiliki cadangan ASI sebelum bulan puasa tiba, ibu dapat memeras ASI setiap kali selesai menyusui bayinya.

"Jangan lupa mencantumkan tanggal dan jam waktu pemerahan ASI cadangan tersebut dan gunakan ASI yang sudah disimpan terlebih dahulu," kata Jeanne.

Jeanne mengingatkan, walaupun ASI yang keluar saat pemerahan hanya berjumlah sedikit, kandungan lemaknya cukup tinggi sehingga dengan jumlah sedikit sudah cukup dapat mengenyangkan bayi.

Komposisi ASI Tak Berkurang Selama Puasa

Tidak dapat dimungkiri, saat puasa,cairan tubuh kita berkurang hingga 2-3 persen. Pada keadaan normal, ada mekanisme "rasa haus" yang mencegah kita dari kekurangan cairan. Namun, di saat puasa, secara otomatis otak mengatur agar pengeluaran cairan tubuh melalui air seni dan keringat dihemat.

Walaupun ibu tidak makan selama 14 jam, komposisi ASI-nya tidak akan berubah atau berkurang kualitasnya dibandingkan saat tidak berpuasa. Sebab, tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan mengambil cadangan zat-zat gizi, yaitu energi, lemak, dan protein serta vitamin dan mineral dari simpanan tubuh.

Begitu ibu berbuka, tubuh akan mengganti cadangan zat-zat gizi tadi, sehingga ibu tidak akan kekurangan zat gizi untuk memenuhi aktivitas serta mempertahankan kesehatan tubuhnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Saturday, September 26, 2009

Kontrol Gula Selama Berpuasa

Tak ada halangan bagi penyandang diabetes berisiko rendah untuk berpuasa. Kuncinya, tetap kontrol gula darah dengan baik

"Saya diabetes, amankah berpuasa?". Pertanyaan semacam itu sangat umum dilontarkan penyandang diabetes alias diabetesi setiap kali Ramadan tiba. Sama halnya dengan pasien berpenyakit kronis lainnya, diabetesi yang ingin berpuasa juga dihantui rasa ragu dan khawatir bilamana penyakitnya memburuk. Keraguan ini cukup beralasan mengingat diabetes merupakan penyakit sistemik yang efeknya bisa mengenai seluruh tubuh, termasuk organ-organ.

Diabetes mellitus (DM) ditandai dengan tingginya kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Seseorang dikategorikan diabetesi bila kadar glukosa dalam darahnya melebihi 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan.

Terkait puasa Ramadan, selama berpuasa individu memperoleh energi pertama dari makanan sahur dan selebihnya sumber energi dari dalam tubuh yang didapat dari pemecahan glikogen hati. Glikogen hati dapat menjadi sumber glukosa selama 12-16 jam.

Spesialis Penyakit Dalam dari FKUI/RSCM Jakarta, Dr Dante Saksono H SpPD PhD, mengungkapkan bahwa saat berpuasa memang terjadi beberapa perubahan fisiologis.

Biasanya terjadi penurunan kadar glukosa darah yang pada beberapa keadaan juga bisa memicu terjadinya hipoglikemia (kadar gula turun di bawah normal.Jika dibiarkan, efeknya bisa jadi yang bersangkutan tidak sadarkan diri dan tidak bangun lagi.

"Kebalikannya, saat berpuasa penyandang diabetes bisa juga mengalami hiperglikemi, yaitu kadar gula darah naik di atas normal," sebut Dante.

Ia menegaskan, keinginan berpuasa harus disikapi dengan bijak oleh penyandang diabetesi dan hendaknya jangan memaksakan diri.

"Konsultasikan dengan dokter yang akan menentukan layaktidaknya Anda berpuasa. Selain itu, tidak boleh ada komplikasi. Kenali juga tanda-tanda yang mengharuskan Anda membatalkan puasa," saran dia.

Sebelum memutuskan berpuasa, diabetesi hendaknya mengenali diri dan penyakitnya, apakah termasuk kategori risiko rendah, sedang, atau malah tinggi? Risiko rendah dialamatkan pada pasien yang diabetesnya terkontrol dengan diet, terkontrol dengan 1 macam obat dengan baik dan stabil, serta tidak ada komplikasi berat.

Kategori kedua adalah pasien dengan risiko sedang. Pasien ini tinggal sendiri dan menggunakan insulin,sehingga dikhawatirkan bilamana terjadi hipoglikemi tidak ada orang lain yang mengetahui. Misalnya orang lanjut usia (lansia) yang tinggal sendiri, orang dengan pekerjaan berat, dan pasien yang memakai insulin sekali sehari, atau memakai obat oral kombinasi.

Dante mengungkapkan, kelompok risiko rendah umumnya masih aman berpuasa asalkan tetap melakukan penjagaan dan pemantauan kadar gula darah dengan baik.

Begitu pun kelompok risiko sedang masih boleh melakukan puasa, tapi harus mendapatkan kontrol dari dokter dan rajin berkonsultasi.

"Bagi pasien yang mengonsumsi lebih dari satu macam obat, dokter akan mengatur penyesuaian jadwal minum obatnya," ujarnya.

Berikutnya adalah pasien diabetesi berisiko tinggi yang harus ekstra hati-hati. Mereka adalah penyandang DM tipe 1, menggunakan insulin dosis tinggi atau dalam jumlah banyak, mengalami sakit berat, sedang hamil, atau ada riwayat komplikasi berat.

Kelompok ini dianjurkan tidak berpuasa, atau kalaupun ingin berpuasa harus terkontrol dengan ketat oleh dokter. Hal penting yang harus senantiasa diingat oleh para diabetesi adalah membiasakan memonitor glukosa darah secara ketat, sebab glukosa darah dapat berfluktuatif secara cepat selama Ramadan. Begitu pula tanda dan gejala hipoglikemia dan dehidrasi penting untuk dikenali.

"Rajin-rajinlah memeriksa kadar gula darah. Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dl sebaiknya segera berbuka saja," saran Spesialis Penyakit Dalam FKUI/RSCM,dr Reno Gustaviani R SpPD.

Pilah-pilih Makanan Aman

Kunci dari penanganan diabetes adalah kadar gula yang terkontrol. Hal ini tentunya harus didukung dengan pengaturan dan pemilihan makanan atau minuman yang tepat. Saat sahur misalnya, hindari menu yang dapat merangsang insulin bekerja keras seperti gula murni, gula tebu, cake yang manis, dan gorengan.

Selain makan berat, adakalanya orang yang berpuasa juga ingin ngemil,misalnya selepas salat tarawih sebelum tidur. Saat ini cukup banyak makanan ataupun minuman yang "bersahabat" bagi diabetesi, misalnya dengan melabeli sugar free ataupun rendah gula.

Pelabelan tersebut biasanya juga mengacu pada nilai Glycemic Index (GI). GI merupakan istilah pemberian peringkat bahan pangan dari nilai 0-100 berdasarkan kemampuannya untuk menaikkan kadar gula darah tubuh setelah mengonsumsi bahan pangan berkarbohidrat.

Menurut ahli gizi Prof Dr Made Astawan,makanan dengan nilai GI rendah sangat baik untuk kesehatan, terutama untuk mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan mengontrol gula darah serta berat badan. Nah, mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan makan camilan (snacking habit), Made bersama timnya beberapa waktu lalu melakukan penelitian mengenai nilai GI pada beberapa jenis camilan yang beredar di Indonesia.

Dalam penelitiannya, bahan pangan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pangan dengan GI rendah (kurang dari 55); GI sedang (antara 55-70) dan GI tinggi (lebih dari 70) berdasarkan skala 0-100. Suatu bahan pangan yang dengan cepat menaikkan kadar gula darah sesaat setelah dikonsumsi berarti memiliki nilai GI tinggi. Sebaliknya, bahan pangan yang lambat menaikkan kadar gula darah setelah dikonsumsi, memiliki GI rendah.

Adapun camilan (snack) yang diteliti meliputi snack biskuit berbasis tepung terigu; snack bar berbasis tepung kedelai dan buah-buahan kering; snack berbasis cokelat; serta snack wafer berbasis campuran tepung terigu dan cokelat. Soyjoy, salah satu makanan berbentuk bar yang merupakan konsep baru dari Jepang turut diikutsertakan pada penelitian tersebut.

Camilan sehat ini sepenuhnya terbuat dari tepung kedelai dan buah-buahan asli yang mengandung protein, serat, vitamin A, B, E, dan Isoflavon. Terkait GI, hasil penelitian Made dan timnya mengukuhkan Soyjoy sebagai salah satu camilan dengan nilai GI rendah, yaitu sebesar 25 dari skala 0-100. Selain itu, camilan praktis ini juga mengandung protein dan serat pangan tinggi serta kandungan gula dan daya cerna pati yang rendah.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Friday, September 25, 2009

Berpuasa Bisa Sembuhkan Maag

Pola makan tidak teratur dan pengobatan yang salah dapat memperburuk penyakit maag (dispepsia). Dengan berpuasa Ramadan, keluhan maag justru bisa menghilang.

Benarkah? Bulan Ramadan datang hanya sekali dalam setahun.Tak afdal rasanya jika momen penuh berkah ini dilewatkan begitu saja. Bagi penderita maag, keinginan untuk menjalankan ibadah puasa acapkali dihantui keraguan, akankah berpuasa memperburuk kondisi maag?

Maag berasal dari bahasa Belanda yang artinya lambung. Rasa mual, mulas, perih, kembung kerap diidentikkan sebagai gejala khas maag atau dalam istilah kedokteran disebut dispepsia. Mereka yang terkena sindrom dispepsia umumnya mengeluhkan rasa tidak nyaman, nyeri atau perih di sekitar ulu hati, yang disertai rasa mual ingin muntah.

Selain itu, penderita maag biasanya juga merasakan kembung, cepat kenyang, sering sendawa, mulut terasa pahit dan nafsu makan menurun. Keluhan-keluhan tersebut terutama timbul jika mengenai saluran cerna bagian atas, termasuk kerongkongan, mulut, lambung sampai usus dua belas jari.

Terjadinya gangguan pada lambung biasanya disebabkan tidak terkendalinya produksi asam lambung. Tak jarang, asam lambung yang meluap lantas naik sampai ke mulut sehingga menimbulkan rasa asam pada mulut. Saat berpuasa, terutama 6-8 jam setelah puasa, perut yang kosong menyebabkan asam lambung meningkat sehingga memicu gejala sakit maag. Hal ini tentunya menimbulkan ketidaknyamanan dalam menjalankan ibadah puasa.

Staf Divisi Gastroenterologi FKUI/RSCM dr H Ari Fahrial Syam SpPD K-GEH MMB mengungkapkan, terdapat dua kategori dispepsia alias penyakit maag, yakni dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Menurut Ari, dispepsia organik bisa disebabkan radang tenggorokan, tukak pada lambung atau usus 12 jari, serta adanya tumor atau polip.

Sumber potensial lainnya adalah infeksi kuman Helicobacter pylori, adanya gangguan di saluran empedu atau pankreas, penyakit hati, diabetes, serta konsumsi obat-obatan. Seseorang dinyatakan dispepsia organik manakala hasil pemeriksaan lengkap seperti rontgen dan endoskopi mengindikasikan adanya kelainan lambung, usus 12 jari, radang, tumor, dan batu empedu.

"Orang dengan dispepsia organik yang belum diobati dianjurkan tidak berpuasa, terutama jika ada tanda bahaya," ungkap Ari seraya menyebutkan tanda-tanda bahaya dimaksud. Yakni pucat, berat badan turun, muntah darah dan/atau buang air besar hitam, tidak bisa menelan, dan mereka yang terkena dispepsia pertama kali pada usia di atas 45 tahun.

Sementara itu, kabar baik datang bagi penderita dispepsia fungsional. Menurut Ari, sekitar 80 persen kasus dispepsia bersifat fungsional, yaitu setelah dilakukan endoskopi dan pemeriksaan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya gangguan. Nah, orang dengan dispepsia fungsional biasanya justru bisa sembuh dengan berpuasa Ramadan.

"Puasa itu ditujukan untuk menjadi sehat. Dengan berpuasa, pola makan justru menjadi teratur, sehingga orang yang sakit maag pun bisa merasa lebih baik," tutur Ari.

Dengan kata lain, Ari menegaskan bahwa pada umumnya penderita sakit maag dapat berpuasa terutama jika sakit maagnya hanya gangguan fungsional. Sedangkan pada pasien dengan sakit maag kronis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dulu. Kalaupun tetap ingin melaksanakan puasa, biasanya dokter tetap menganjurkan minum obat sehingga tidak terjadi efek yang merugikan.

Lebih lanjut Ari menambahkan, dispepsia fungsional disebabkan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung. Pemicunya adalah pola makan tidak teratur, kebiasaan makan camilan berlemak, minum kopi atau minuman bersoda sepanjang hari, dan merokok. Selain itu hal-hal yang bersifat psikologis seperti stres fisik maupun mental, juga sangat berperan dalam timbulnya gangguan pada lambung.

Akibat fungsi otot lambung yang kurang baik dan dinding lambung yang terlalu sensitif, ketika lambung meregang sedikit saja biasanya penderita langsung merasakan ketidaknyamanan.

"Baru makan sedikit saja sudah terasa kembung," timpal rekan sejawat Ari di FKUI,Dr H Dadang Makmun SpPD KGEH.

Mengubah pola makan dan menghindari menu makanan yang merangsang produksi asam lambung berlebih merupakan upaya pencegahan sekaligus "pengobatan" alami bagi pasien dispepsia fungsional.

Secara umum, konsep pemberian makanan untuk penderita gangguan lambung adalah mengonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering. Namun, hal ini tentunya sulit dijalankan pada keadaan berpuasa karena kita harus menahan diri untuk tidak makan dan minum selama 14 jam.

"Hal terpenting adalah, hindari makanan dan minuman yang memperberat sakit maagnya. Selain itu sakit maagnya harus dievaluasi dan diobati sesuai kelainan yang didapat," ucap Ari yang senantiasa mengingatkan pasien sakit maag untuk tidak makan berlebihan saat sahur ataupun berbuka.

Sementara itu, stres sebagai salah satu faktor pencetus umumnya akan mereda saat berpuasa. "Inti dari puasa adalah pengendalian diri, termasuk emosi. Sehingga, faktor risiko stres pada orang sakit maag justru berkurang," pungkasnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Thursday, September 24, 2009

Lansia Boleh Puasa, Asal Makan Sehat, Bergizi, & Seimbang

Bagi lansia, puasa justru memberi banyak manfaat, seperti menurunkan kolesterol jahat, kolesterol total, trigliserida, dan asam urat.

BAGI orang muda yang masih segar bugar, berpuasa 14 jam tidaklah masalah. Namun, bagaimana dengan kakek-nenek yang sudah lanjut usia (lansia). Cukup bijakkah membiarkan mereka berpuasa? Siapa pun tak dapat menghindar dari penuaan.

Mereka yang telah berusia setengah abad atau lebih, harus sudah siap dengan segala perubahan menjelang datangnya masa lanjut usia (lansia). Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada periode usia tersebut, biasanya terjadi peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh.

Tak heran, banyak lansia yang mengalami gangguan kesehatan atau komplikasi penyakit. Dalam dunia kedokteran terdapat istilah pasien geriatri. Hal ini mengacu pada pasien lansia yang memiliki banyak penyakit dan harus mengonsumsi banyak obat, dengan gejala dan tanda penyakit yang acap kali tidak khas.

Penanda lainnya adalah penurunan fungsi organ tubuh, gangguan status gizi, dan masalah psikososial. Semua kondisi tersebut dapat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari si pasien. Terkait puasa, spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM Jakarta, dr Reno Gustaviani R SpPD, berpandangan bahwa keputusan untuk berpuasa Ramadan adalah pilihan religius yang diniatkan dari hati masing-masing individu.

Bagi mereka yang paham makna Ramadan, puasa tidak akan dianggap sebagai beban, melainkan berkah. Dengan berpuasa 14 jam per hari, organ tubuh terutama pencernaan diberi kesempatan beristirahat dan jumlah kalori yang masuk pun berkurang sekitar 12-15 persen. Pembatasan kalori ini dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan menurunkan risiko terkena berbagai penyakit. Selain itu, jumlah radikal bebas dalam tubuh menyusut, dan sebaliknya antioksidan meningkat.

"Penelitian pada lansia menunjukkan bahwa berpuasa dapat menurunkan kolesterol jahat, kolesterol total, trigliserida dan asam urat. Selain itu, tidak pernah ditemui adanya penyakit serius selama puasa Ramadan," tutur konsultan Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, DR Dr Siti Setiati SpPD KGer Mepid.

Kendati sudah uzur, semangat para lansia untuk berpuasa tak kalah dibanding orang muda. Survei skala kecil yang dilakukan di poliklinik Geriatri RSCM bulan Agustus 2008 mengungkapkan, 83,3 persen pasien lansia geriatri tetap berpuasa Ramadan sebulan penuh. Mereka mengaku memperoleh manfaat sehat dengan berpuasa, misalnya membuat badan lebih segar.

"Penyakit pada lansia bisa bersumber dari stres yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Dengan berpuasa, emosi lebih terkendali dan orang cenderung lebih pasrah sehingga daya tahan tubuh pun membaik," tutur wanita yang akrab disapa dokter Ati.

Ia menegaskan, lansia ataupun geriatri aman untuk berpuasa asalkan kondisinya stabil, penyakitnya terkontrol dan tidak ada infeksi akut. Adapun lansia yang tidak bugar, berpenyakit akut atau memiliki penyakit kronis degeneratif yang tak terkendali (semisal hipertensi), serta lansia yang sedang menjalani terapi lewat injeksi, disarankan untuk tidak berpuasa. Pada lansia yang berpuasa, hal utama yang patut diperhatikan adalah asupan cairan.

Pasalnya, saat seorang lansia berpuasa memang terjadi beberapa perubahan fisiologis maupun psikologis. Selain mudah timbul rasa lelah, lemah dan bingung, biasanya cairan tubuh juga menurun (semula 60 persen menjadi 45-50 persen). Begitu pun rasa haus berkurang sehingga asupan cairan lewat aktivitas minum ikut berkurang.

Akibatnya, lansia berisiko mengalami dehidrasi alias kekurangan cairan. Sayangnya, para lansia memang terkadang suka bersikap "ajaib". Tak jarang mereka menampakkan keengganan berkomunikasi, banyak tidur, sedikit minum, sedikit kencing, terkadang hilang nafsu makan atau tiba-tiba menjadi pendiam. Tanda-tanda ini harus dipahami dan diwaspadai.

"Setiap anggota keluarga lainnya harus peka dan memantau secara aktif, terutama dalam hal minum harus selalu diingatkan sehingga si lansia terhindar dari dehidrasi. Penelitian menunjukkan, puasa tidak menyebabkan gangguan fungsi ginjal selama asupan cairan terpenuhi. Bagi lansia yang minum obat, jangan lupa tetap diminum obatnya," saran Ati seraya menyebutkan jumlah cairan yang harus diminum per hari, yakni 30-50 cc per kilogram berat badan atau sekitar 8-10 gelas.

Berikutnya adalah menu makanan yang dikonsumsi saat berbuka dan sahur, ataupun selama rentang waktu antara keduanya. Dr Ahmad Jalaludin dari RSIA Muhammadiyah Jakarta Selatan mengingatkan, saat berbuka lansia tidak dianjurkan makan langsung banyak.

"Makanlah dalam porsi kecil tapi sering. Setelah buka puasa sebaiknya juga jangan langsung tidur untuk memperlancar pencernaan," tutur Ahmad.

Keluarga tetap berperan penting memantau asupan makanan pada lansia yang tinggal bersamanya. Misalnya lantaran terlalu tekun beribadah atau zikir, si lansia jadi lupa makan atau minum sehingga harus terus diingatkan atau bahkan disuguhkan langsung di hadapannya.

Sebaliknya, bila lansia makan berlebih atau mengonsumsi jenis makanan yang kurang tepat bagi kesehatannya, keluarga juga harus memperingatkan dan memberi pengertian. "Isi perut yang berlebihan merupakan awal munculnya berbagai penyakit. Makanlah makanan yang sehat, bergizi, dan seimbang," pungkas Ati.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Sereal, Menu Sahur untuk Buah Hati

Sereal, sepintas makanan ini lekat dengan hidangan yang disukai anak-anak. Bila disantap dengan susu, rasa gurih dari sereal berpadu dengan manis serta lembutnya susu membuat anak-anak suka untuk mengonsumsinya ketika sarapan.

Nah, bila buah hati sudah belajar berpuasa, tidak usah bingung menyiapkan menu sahur untuknya. Makan sahur sama halnya dengan sarapan, hanya saja waktu makannya maju beberapa jam.

Sereal bisa menjadi pilihan menu sahur untuk buah hati. Namun, Anda juga bisa menyantapnya bila malas mengonsumsi makanan berat.

Bila dilihat dari kandungan gizi di dalamnya. Sereal juga memenuhi gizi cukup untuk memasok energi seharian ketika Anda berpuasa. Selain itu, ternyata makanan kering berwarna-warni ini bisa turut pula menyehatkan badan lho!

Penelitian yang dilakukan oleh National Weight Registry Amerika Serikat melaporkan, sebanyak 90 persen partisipan turun 15kg dalam satu tahun karena mengkonsumsi sereal ketika sarapan, seperti yang dikutip dari Google.

Tidak hanya itu saja, hasil penelitian lainnya dari Harvard University menemukan bahwa konsumsi sereal secara rutin ketika sarapan dapat mengurangi risiko terjangkit diabetes hingga 34 persen. Pasalnya, kandungan serat di dalam sereal dapat mencegah diabetes.

Selain itu, sereal juga mengandung karbohidrat, protein, mineral, phytochemical, serta vitamin B kompleks. Konsumsi sereal juga disinyalir dapat menjaga kerja organ tetap maksimal. Kandungan protein dari susu, juga membuat tulang lebih kuat. Sehingga, si buah hati memiliki cadangan energi yang cukup sampai saat berbuka tiba.

Pilihlah sereal yang memiliki kandungan gula rendah. Dan hidangkanlah dengan potongan pisang serta strawberry.

Bukan hanya membuat lebih nikmat, namun perut juga akan terasa kenyang lebih lama. Karena pisang mengandung tiga jenis gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Sedangkan kandungan vitamin C di dalam strawberry dapat mencukupi sokongan vitamin C yang banyak untuk perkembangan anak.

Varian rasa dari cokelat, jagung, vanilla, sampai sereal rasa plain sepertinya bisa Anda coba untuk menu santap sahur berikutnya. Bagaimana, tertarik mencicipi?


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Tuesday, September 22, 2009

Anda Sembelit Saat Menjalankan Puasa?

Jika saat berpuasa Anda mengalami sembelit. Puasa pun menjadi tidak nyaman. Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya sembelit pada saat berpuasa?

Menahan makan dan minum selama seharian tak jarang mebuat orang berniat `balas dendam` ketika berbuka puasa. Semua makanan yang dihidangkan dilahap habis tanpa tersisa. Akibatnya, perut dipenuhi oleh makanan dan minuman yang melampaui kapasitas. Nah, disinilah awal mula konstipasi.

Cara berbuka puasa yang salah itu membuat tubuh terlampau banyak menyaring makanan. Padahal, selama berpuasa tubuh sedang kekurangan cairan. Alhasil, sisa metabolisme dalam tubuh menumpuk dan mengeras.

Ini mengakibatkan konsistensi feses menjadi tak seperti biasanya, lebih keras dan padat. Konsistensi atau bentuk feses yang seperti itulah yang nantinya membuat Anda merasa kesulitan bahkan kesakitan saat buang air besar.

Lantas, bagaimana caranya agar terhindar dari konstipasi dan bebas sembelit saat berpuasa? Berikut beberapa tip yang bisa Anda coba :

Perbanyak Air Putih

Ini hal yang tidak mudah Anda lakukan ketika berpuasa. Jika pada hari biasa Anda kurang cairan, pastinya bisa menambahkannya dengan minum air atau makan makanan yang mengandung banyak air. Namun, ketika sedang berpuasa, Anda tidak boleh makan atau minum. Apalagi di siang hari? Bisa-bisa puasa Anda batal.

Nah, agar Anda tidak mengalami dehidrasi (kurang cairan), perbanyaklah minum air saat berbuka puasa. Dianjurkan pula setelah menjalankan ibadah shalat Tarawih dan setelah santap sahur. Pada ketiga waktu tersebut setidaknya Anda dapat memasukan 2 liter asupan air ke dalam tubuh. Usahakan saat sahur tubuh mendapat pasokan air yang cukup. Karena air yang masuk ke dalam tubuh akan menjadi pertahanan Anda selama sehari.

Makanan Berserat

Banyak sekali makanan yang tersedia saat menjelang waktu berbuka puasa. Karena itu, Anda harus jeli memilih makanan yang akan dijadikan santapan berbuka puasa. Ingat, makanan yang banyak mengandung serat akan sangat membantu Anda terhindar dari konstipasi.

Serat banyak terdapat pada buah seperti kol, brokoli, jagung, kacang polong, kacang hijau, serta kacang-kacangan pada umumnya. So, mulai saat ini jangan hanya makan nasi dengan lauk pauk seperti daging atau ikan saja. Pilihlah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan serat Anda.

Lakukan Olahraga Secara Teratur

Meski berpuasa, bukan berarti Anda berhenti berolahraga. Ada baiknya Anda melakukan beberapa gerakan olahraga pada saat menjelang berbuka puasa. Tak harus olahraga berat, beberapa olahraga ringan akan efektif menghindarkan Anda dari sembelit. Kalau Anda tipe orang yang mudah mengeluarkan cairan tubuh (berkeringat), berjalan kaki atau naik turun tangga selama beberapa menit cukup untuk memperlancar metabolisme dalam tubuh.

Jangan Tunda BAB (Buang Air Besar)

Yang satu ini adalah faktor yang paling sering menyebabkan sembelit. Kebiasaan menunda akan menyebabkan timbunan sisa metabolisme menjadi memadat. Sehingga lebih keras dari kondisi normal. Pada bulan Ramadhan tidak ada aturan khusus yang melarang Anda BAB di siang hari. So, tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda BAB.

Kurangi Kafein

Satu lagi hal yang mesti Anda perhatikan. Kurangi konsumsi kafein saat berpuasa. Apakah itu dari kopi yang biasa Anda minum atau dari makanan ringan yang mengandung kafein. Zat ini bisa merangsang syaraf sehingga otak akan terpacu terus untuk bekerja.

Selain itu, kafein juga memaksa organ tubuh lain untuk bekerja ekstra. Alhasil, proses metabolisme pun meningkat. Meningkatnya metabolisme megakibatkan sisa metabolisme semakin meningkat.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Cegah Bau Mulut Saat Berpuasa

Bau mulut menjadi problem yang biasa dialami saat puasa.Jangan sampai problem ini mengganggu puasa dan aktivitas Anda .Nah,bagaimana cara mengatasinya? Bulan puasa telah tiba.Anda pun sudah bersiap-siap menjalankan dengan khusyuk.

Namun,bagaimana dengan bau mulut yang selalu menghampiri saat puasa? Inilah yang membuat Anda merasa tak percaya diri,apalagi bila harus berkomunikasi dengan banyak orang. Mungkin tidak aneh lagi bagi kita untuk merasakan sesuatu yang tidak sedap menghampiri mulut saat kita sedang menjalani kewajiban berpuasa selama 14 jam.

Beberapa pertanyaan pun muncul, mengapa bau tak sedap pada mulut, menyerang saat kita berpuasa? Gigi putih bersih, senyum menawan, serta napas segar adalah dambaan sebagian masyarakat modern dewasa ini. Namun, apabila bau mulut atau yang dalam bahasa kedokteran dikenal dengan istilah halitosis terjadi, bisa-bisa menjadi masalah tersendiri dan membuat seseorang merasa kurang percaya diri.

Mulut merupakan gerbang masuknya makanan menuju tubuh dan menjadi gerbang keluarnya udara dari dalam tubuh, di samping memiliki fungsi yang sangat aktif dalam bersosialisasi seharihari. Setiap hari kita tersenyum, tertawa,dan berbicara dengan melibatkan organ ini; dan saat berpuasa, keterlibatannya pun tidak kalah penting.

Dokter gigi dari Dharmawangsa 8 Dental Care, drg Aditya Pribadi SpOrtho, menjelaskan bahwa apabila dikaitkan dengan puasa, penyebab utama bau mulut karena lambung yang kosong dalam waktu yang lama dapat merangsang timbulnya aroma yang kurang sedap, yang kemudian keluarkan melalui rongga mulut.

Selain itu,berkurangnya produksi air liur (saliva) karena berkurangnya rangsangan makanan yang masuk.

"Saat saliva berkurang,bakteri dalam mulut pun jadi lebih banyak sehingga muncul bau mulut,"ujarnya. Bau mulut saat puasa merupakan keluhan yang normal dijumpai. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak bisa kita hindari. Banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga agar mulut kita tetap bersih dan napas terasa segar selama berpuasa.

Berdasarkan data yang disebutkan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI),pada dasarnya bau mulut disebabkan tiga faktor utama. Faktor pertama yaitu dari dalam mulut.Faktor di dalam mulut sendiri karena ada gigi berlubang, banyak pelak atau karang gigi, serta gigi rusak bahkan sampai menjadikan gigi busuk karena dibiarkan atau tidak dirawat.

Faktor kedua datang dari luar mulut.Faktor dari luar mulut,tetapi masih dari saluran napas atau cerna, atau penyakit umum lainnya. Peradangan atau penyakit pada bagian-bagian ini menyebabkan hal serupa seperti pada faktor yang pertama.Sebagai contoh,penyakit tuberkulosis (TBC paru) menyebabkan bau mulut agak amis, diabetes menyebabkan bau mulut seperti aceton (cairan pembersih cat kuku) Faktor ketiga adalah konsumsi makanan dan minuman yang bisa meninggalkan bau setelah beberapa jam mengonsumsinya,misalnya petai, kopi, atau minuman keras.

Penelitian menunjukkan 85-90% penyebab bau mulut disebabkan adanya kelainan rongga mulut, baik karies gigi maupun infeksi jaringan penyangga gigi. Selain itu, sisa makanan yang tertinggal di mulut dapat menyebabkan bau mulut. Ada ratusan spesies bakteri tinggal di mulut kita,dan sebagian besar dari mereka mencerna protein sehingga menghasilkan senyawa yang mengandung belerang yang mudah menguap dan menimbulkan bau mulut.

Aditya menyarankan selama bulan puasa memberikan perhatian ekstra dengan menyikat gigi dua kali sehari pada waktu yang tepat, yakni setelah makan sahur dan malam sebelum tidur.Hindari tidur setelah makan sahur dengan kondisi gigi dan mulut yang masih ada sisa makanan,dan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang beraroma tajam.

"Selain itu, ada baiknya juga untuk memeriksakan kondisi kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi sebelum memasuki bulan suci Ramadan," saran Aditya. Brand Manager Pepsodent PT Unilever Indonesia Amalia Sarah Santi mengatakan, sosialisasi dan edukasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama berpuasa sangat diperlukan.

Hal ini untuk mengenali dan menemukan solusi tepat untuk kebutuhan kesehatan gigi dan mulut selama berpuasa. "Dengan solusi yang tepat, menjalankan ibadah puasa pun akan lebih terasa nyaman," ujarnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Friday, September 18, 2009

Lebaran, Tapi Kok Banyak Larangan untuk BuMil?

LEBARAN sudah di depan mata, pasti Anda sekeluarga menyambut dengan suka cita, ya? Ajang silaturahmi dan makan enak sudah terbayang. Tapi, tak afdol rasanya bila Anda yang tengah hamil dilarang ini-itu oleh suami atau kerabat selagi menjalankan "ritual" Lebaran.

Hmm, mitos atau larangan apa saja sih yang biasanya diutarakan. Untuk mengetahui kebenarannya, pemaparan dr Dewi Ratih Hendarto Putri, SpOG, dari Cinere Hospital, Jakarta mampu menjawabnya:

1. Bumil Tak Boleh Mengendarai Motor
Benar. Saat hamil, ibu yang tadinya terbiasa mengemudikan motor sebaiknya menghentikan dahulu aktivitasnya ini karena sangat riskan. Saat berkendara, getaran mesin motor akan terlalu kuat bagi perut BuMil.
Di samping itu, BuMil akan susah menjaga keseimbangan saat berkemudi. Belum lagi risiko terjadinya kecelakaan di jalan raya yang cukup tinggi.
Namun demikian, tetap mau silaturahmi ke tempat kerabat naik motor? Selama BuMil dibonceng tidak apa-apa, kok. Dengan catatan BuMil dalam kondisi sehat, kecepatan motor sedang, jalan yang dilalui mulus dan kondisi rem motor baik.

2. Bumil Tak Boleh Berdiri Lama-lama
Benar. Memang, saat Lebaran tak jarang diadakan open house di rumah. Mau tak mau, Moms harus lama berdiri menyambut tamu yang datang dan mondar-mandir dalam waktu yang sama. Padahal, Anda sedang hamil.
Boleh-boleh saja sih BuMil bersalaman dan bersilaturahmi dengan posisi berdiri, namun jangan dalam jangka waktu lama, ya? Pasalnya, kondisi jantung ibu hamil umumnya tidak terlalu bagus.
Terlalu lama berdiri akan menyebabkan oksigen tak sampai ke jaringan otak yang pada akhirnya dapat mengakibatkan BuMil pingsan. Jadi, jika dirasa mulai lelah saat bersalam-salaman atau menerima banyak tamu, sebaiknya segera duduk atau berbaring.

3. Bumil Sebaiknya Tak Mengonsumsi Makanan Pedas
Benar. Rasa pedas tak jarang memunculkan semangat dan memberi sensasi tersendiri di lidah si penikmat makanan tersebut. Tak heran kalau citarasa pedas banyak disukai orang, termasuk ibu hamil.
Eits, jangan keburu "menghajar" setiap makanan pedas yang BuMil temui saat bersilaturahmi, ya? Sebaiknya, Anda justru menghindari makanan yang kaya bumbu dan pedas karena makanan tersebut justru akan mengaktifkan kerja usus secara berlebihan dan bisa menimbulkan penyakit seperti diare.
Selain itu makanan yang terlalu pedas berpeluang pula menginduksi rahim yang akan memperparah ancaman keguguran.

4. Bumil Sebaiknya Tidak Memakai Make Up
Salah. Ibu hamil berdandan malah wajib karena akan menambah rasa percaya diri dan kenyamanan. Apalagi pada hari Lebaran dan bertemu banyak orang, siapa sih yang tak senang tampil cantik?
Yang tidak boleh adalah, jika kosmetik yang digunakan mengandung PB atau timbal. Jadi, pilihlah make up yang hipoalergenic atau yang non-alergenic. Jika masih ragu konsultasikan pada dokter yang berkompeten.

5. Bumil Tak Boleh Mengangkat Beban Berat, Termasuk Menggendong Anak
Benar. Pasalnya aktivitas tersebut bisa memicu kontraksi rahim akibat tekanan dari otot-otot perut. Bila terjadi terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama bukan tidak mungkin mengakibatkan keguguran atau kelahiran prematur.
Menggendong anak pun tak dianjurkan, apalagi anak batita. Bayangkan, berat si anak pasti sudah lebih dari 3 kg, bukan?
Meski begitu, membereskan rumah menjelang Hari Raya dalam batas-batas normal tidak masalah. Asal, jangan mengangkat, menggendong atau menjinjing benda yang berat. Sayangnya, tidak bisa ditentukan berapa batas aman bagi setiap orang. Mau tidak mau BuMil harus bisa menilai sendiri, apakah benda yang diangkat membebani perutnya atau tidak.

6. Bumil Tak Boleh Berada di Bawah Terik Matahari dalam Waktu Lama
Benar. Agenda kunjung-mengunjungi rumah saat Lebaran memang tak terelakkan. Kalau jarak rumah yang dikunjungi terbilang dekat, jalan kaki pun menjadi pilihan.
Tapi ingat, sebaiknya BuMil tidak berada di bawah terik matahari dalam waktu lama karena kemungkinan bisa mengalami dehidrasi bahkan anemia. Namun bukan berarti sama sekali tak boleh, asalkan BuMil mampu mengenali kondisi tubuh dan kehamilan dengan baik, tidak menderita anemia dan tensi darah normal.

Kenali gejala-gejala awal saat tubuh perlu istirahat, seperti pusing, mata berkunang-kunang dan lainnya. Segera berteduh dan beristirahat lalu minumlah air putih atau teh manis hangat.

7. Bumil Kurangi Mengonsumsi Makanan Berminyak dan Bersantan
Benar. Wah, mayoritas hidangan saat Lebaran berbahan dasar minyak dan bersantan. Bagaimana dengan para BuMil? Santan memang kurang baik bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan iritasi lambung. Jadi, sebaiknya Anda yang sedang mengandung membatasi konsumsi makanan bersantan.
Hindari pula makanan yang banyak mengandung gula serta lemak, karena akan mengakibatkan mual dan muntah, selain menambah berat badan yang berlebihan. Kurangi pula penggunaan minyak setiap kali mengolah makanan. Faktanya BuMil hanya membutuhkan 12,5 - 15 gram minyak per hari.

Oh ya, jangan gabungkan makanan bersantan dengan makanan yang digoreng. Contoh, opor ayam dengan sambal goreng hati atau ketupat sayur dengan ayam goreng. Sebaiknya dalam satu piring terdapat beberapa pilihan lauk-pauk, misalnya tahu tempe bacem dipadu dengan opor ayam.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Thursday, September 17, 2009

Tubuh Kuat Bekal Mudik Sehat

Lebaran segera tiba, Anda dan keluarga tentu sudah bersiap mudik ke kampung halaman. Agar acara mudik lancar, jangan lupa jaga kesehatan Anda. Menjelang Lebaran, tentu saja berbagai persiapan pun sudah dilakukan bagi para pemudik yang umumnya akan menempuh perjalanan jauh.

Persiapan dimulai dari persiapan barang yang harus dibawa sampai persiapan fisik agar terus kuat dan tetap sehat dalam menjalankan mudik. Walaupun perjalanan yang akan ditempuh tidak sebentar, tetapi momen mudik selalu dinanti dengan senang hati. Agar tiba di kampung halaman pun tetap aman dan sehat selain harus mempersiapkan barang bawaan, mudik pun butuh persiapan tubuh yang kuat.

Jadi yang perlu diingat adalah mudik tidak hanya memerlukan persiapan membawa barang bawaan yang jumlahnya segudang, tetapi juga persiapan dalam hal kesehatan. Untuk mendapatkan tubuh agar tetap kuat dan sehat selama perjalanan, dikatakan oleh Medical Coordinator dari Global Assistance, dr Olivia Aviany Ayuningthias bahwa melakukan kesiapan fisik bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti mengatur tidur yang cukup juga memperhatikan asupan yang dikonsumsi adalah hal yang utama.

"Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sebelum berangkat," tutur dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia ini.

Dokter Olivia menjelaskan, dalam perjalanan mudik yang dilakukan siang hari, yang berarti juga tubuh dalam keadaan puasa, maka selama kuat, teruskanlah berpuasa. Karena mengingat puasa juga memberikan manfaat seperti memberikan kesempatan agar tubuh serta sistem metabolisme, beristirahat dari aktivitas mencernanya sehari-hari.

"Terlebih lagi puasa juga dapat membuang zat-zat toksik yang berlebih dalam tubuh. Jadi racun yang tertimbun dalam tubuh akan terdetoksifikasi," ucapnya.

Jika kondisi sudah menurun, segeralah beristirahat.Dan jangan dipaksakan untuk berpuasa jika tubuh menjadi sakit. Segeralah berbuka dan konsumsi makanan bergizi,per banyak unsur karbohidrat dan protein yang merupakan sumber tenaga.

"Jangan lupa untuk banyak mengonsumsi air putih saat berbuka dan konsumsi makanan manis namun jangan berlebih," ucapnya yang juga menyarankan untuk perbanyak minum air putih saat sahur di malam sebelumnya karena sebagai cadangan cairan dalam tubuh.

Dikatakan oleh Olivia, beberapa penyakit seperti sakit (nyeri) kepala dan pusing berputar, mual yang bisa menjadi muntah, infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk, pilek, nyeri tenggorok), sesak napas (asma bagi yang memang memiliki riwayat), gejala nyeri lambung (bagi yang memiliki riwayat penyakit maag), diare, demam, pegal seluruh badan disertai kelelahan, bisa menyertai para pemudik apabila melakukan mudik tanpa persiapan kesehatan.

"Apabila menghadapi gejala penyakit saat mudik, yang harus dilakukan adalah segera beristirahat karena kelelahan berat disertai gejala penyakit di atas hanya akan membahayakan keselamatan diri sendiri, keluarga, dan pengguna jalan yang lain," ujarnya.

Oleh sebab itu, apabila ingin mudik, sebaiknya juga mempersiapkan makanan yang akan dibawa dan dikonsumsi saat mudik nanti, baik yang akan dikonsumsi saat waktunya berbuka atau makanan yang dikonsumsi apabila tidak puasa. Makanan ringan sudah pasti masuk dalam hitungan barang bawaan.

Ingat! Jangan asal memilih makanan ringan yang akan dikonsumsi, pilihlah buah sebagai camilan sehat. Jangan lupa mengonsumsi vitamin dan mineral agar tidak mudah mengantuk, kurangi makanan dengan karbohidrat tinggi, terutama untuk seseorang yang menyupir kendaraan.

"Mudik membutuhkan jiwa yang tenang, terutama bagi si pengendara yang biasanya dilakukan oleh ayah," tutur Psikolog Keluarga ternama, Kasandra Putranto M Psi.

Oleh sebab itu, Kasandra menyarankan untuk mengonsumsi minuman yang dapat memberikan rasa tenang dalam tubuh seseorang. Jadi, yang tepat dilakukan adalah dengan memilih teh sebagai minuman yang dikonsumsi dalam perjalanan. Karena kandungan teh, seperti yang kita ketahui, bagus untuk kesehatan. Di antaranya mengontrol tekanan darah sehingga dapat memberikan ketenangan dan membuat rileks bagi mereka yang meminumnya.

"Sebaiknya hindari kopi karena kopi bisa memberi efek yang tidak baik untuk kesehatan fisik dan kesehatan jiwa," tutur Psikolog dari Kasandra Associates.

Kasandra menjelaskan, dalam kopi terdapat kandungan yang bisa menaikkan risiko darah tinggi naik sehingga selain menimbulkan penyakit, yang bisa juga menimbulkan emosi sehingga membuat orang darah tinggi.

"Saat berkemudi, dibutuhkan ketenangan sehingga perjalanan pun akan aman. Jadi untuk menghindari adanya emosi, sebaiknya tidak mengonsumsi kopi, apalagi dalam jumlah banyak," saran psikolog bertubuh langsing ini.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Rayakan Lebaran Tanpa Gangguan Kolesterol

Salah satu kendala yang muncul selama dan setelah Lebaran adalah tinggi atau meningkatnya kadar kolesterol. Itu karena orang "menyikat" apa saja yang enak dan berlemak.

Menurut dr Prasna Pramita, SpPD, dari Rumah Sakit Brawijaya, Jakarta Selatan, kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang terdiri dari lemak jahat LDL dan lemak baik HDL.

Lemak merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh di samping zat gizi lainnya, vitamin dan mineral. Lemak juga merupakan salah satu energi yang memberikan kalori paling tinggi dan merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk dinding sel.

Kelainan metabolisme lemak darah ditandai dengan mengginya kadar kolesterol darah (Hiperkolesterolemia), trigliserida (hypertrigliseridemia), atau kombinasi keduanya. Hiperkolesterolemia dapat mempertinggi risiko morbiditas dan mortalitas penyakit jantung, sedangkan hipertrigliseridemia meningkatkan kasus nyeri perut dan pankreatitis.

Sedangkan trigliserida adalah lipid yang merupakan kumpulan asilgliserol yang terdiri atas tiga asid lemak dan satu gliserol. Dan dihasilkan oleh karbohidrat dan makanan yang kemudian disimpan dalam tisu lemak apabila dibawa melalui kelas lipoprotein, yaitu VLDL (very low density lipoprotein).

Faktor Penyebab

Berdasarkan jenisnya, hiperlipidemia (tingginya kadar kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah) dapat dibagi menjadi, hiperlipidemia primer banyak disebabkan oleh kelainan genetik. Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali sudah tampak adanya xantoma atau penumpukan lemak di bawah jaringan kulit.

Hiperlipidemia sekunder, yaitu peningkatan kadar lipid darah karena disebabkan oleh penyakit, misalnya diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan ginjal. Penyakit ini reversible (berulang).

Sedangkan kolesterol dibagi menjadi beberapa bagian, yakni LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida. LDL mengangkut kolesterol melalui lipoprotein yang disebut dengan HDL, dan dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kantung empedu sebagai asam atau cairan empedu. Dalam hal ini LDL lebih banyak lemak daripada HDL.

LDL dianggap lemak jahat karena dapat menyebabkan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sedangkan HDL dianggap lemak baik karena membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. "Protein utama yang membentuk LDL, adalah Apo-B. Sedangkan protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A," terang dr Prasna.

Pola Makan

Makanan sehat adalah makanan tinggi serat dan tidak mengandung kadar lemak yang tinggi, tidak mengandung alkohol dan gula yang berlebihan. Minyak nabati tidak mengandung kolesterol. Minyak nabati masih dapat dikonsumsi asal tidak berlebihan.

Lemak yang terdapat dalam minyak nabati adalah lemak tak jenuh yang tidak menaikkan kadar kolesterol darah, bahkan menurut beberapa penelitian dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.

Langkah pertama menangani kolesterol, menurut dr. Prasna, adalah melakukan pengaturan pola makan atau diet dan olahraga. Obat diperlukan jika setelah 1-2 bulan pengaturan pola makan dan olahraga tidak menunjukkan hasil maksimal untuk mengatasi kolesterol. Makanan yang mengandung kolesterol seperti gorengan dan santan kelapa sebaiknya dihindari saat mengonsumsi makanan di Hari Raya Lebaran.

Obat

Obat yang dapat dikonsumsi berupa asam fibrat, resin, penghambat HMGCCoa reduktase, asam nikotin dan ezetimibe. Obat yang termasuk dalam golongan asam fibrat adalah gemfibrozil, fenofibrate dan ciprofibrate. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma. Fibrate menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL. LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukan itu.

Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan resin adalah kolestiramin (cholestyramine). Obat antihiperlidemik ini mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah. Penghambat HMGCoareduktase antara lain pravastatin, simvastatin. Golongan ini menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate. Mevalonate kolesterol dan derivat mevalonate.

Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin/vitamin B3 larut air. Dengan dosis besar, asam nikotinat meningkatkan HDL, atau kolesterol baik dalam darah. Sedangkan ezetimibe dapat menurunkan total kolesterol dan LDL juga meningkatkan HDL dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus. Obat-obat ini baru diberikan jika pasien memeriksakan diri ke dokter.

"Jika kadar kolesterol yang dialami Si pasien sudah terlanjur meninggi, secara serius perlu memperhatikan hal yang tadi sudah disebutkan dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kesehatan," ungkapnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Monday, September 14, 2009

Tekan Diabetes, Lebaran Aman

Selain kolesterol, kendala lain yang lumayan mengganggu adalah diabetes. Sepertinya diabetes adalah "hantu langganan" setiap kali Lebaran tiba. Apa yang mesti dilakukan?

Menurut dr H Deni Kriscahyo, SpPD dari Rumah Sakit Sentra Medika, Cisalak, Depok, dibetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin atau menurunnya sensitivitas reseptor insulin. Insulin itu sendiri adalah sejenis hormon anabolik yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans pankreas.

Diabetes mellitus sendiri terdapat beberapa tipe, di antaranya adalah DM tipe 1 yang terjadi karena kerusakan atau berkurangnya sel-sel beta pulau langerhans. DM tipe 1 sudah dapat terdiagnosis sejak usia dini atau usia muda dan terapinya tergantung pada insulin, sehingga disebut juga insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).

DM tipe 2 merupakan DM yang tidak tergantung insulin dan dinamakan Non Insulin Dependent Diabetes (NIDDM). Ada NIDDM ini terdapat resistensi insulin relatif atau defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Ada pula DM tipe lain, yaitu yang disebabkan oleh kelainan genetik, endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, infeksi, akibat obat atau zat kimia, berkaitan dengan DM.

Penderita DM tipe 1 biasanya mengalami gejala-gejala, seperti seringnya buang air kecil, lapar dan haus, berat badan yang menurun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang dan meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni.

Biasanya orang yang terkena DM tipe 1 ini berusia dibawah 20 tahun. Gejala ini mirip dengan tahap awal DM tipe 2 yang biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Tapi sekarang prevalensinya semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

Biasanya datangnya ancaman penyakit ini ketika mengalami gejala pre-diabetes, yaitu kondisi pendahuluan dari munculnya DM tipe 2. Ini karena penderita belum mengalami gejala fisik DM, tetapi kadar gula darah (pada masa puasa) dalam tubuhnya sudah di atas normal.

Gejala lain yang timbul pada penderita adalah penglihatan menjadi kabur sehingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki yang terasa kebas, geli atau terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Lebih dari 50 persen penderita DM tipe 2 ini tidak terdiagnosis. Mereka baru diketahui menderita penyakit ini ketika berobat karena penyakit lain. Hal ini dapat mengakibatkan komplikasi DM serius. Yang antara lain ditandai dengan hilangnya kesadaran, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan ketajaman pengelihatan bahkan sampai mengakibatkan kebutaan, kerusakan jaringan (gangren) hingga harus diamputasi agar tidak menjalar ke jaringan lain.

"Biasa juga terjadi suatu komplikasi kronik, seperti stroke, jantung koroner yang dapat mengakibatkan gagal jantung atau serangan jantung, gangguan ginjal, gangguan saraf," ungkap dr Deni.

Diabetes dan lebaran

DM dapat dicegah dengan mempertahankan berat badan dan menerapkan gaya hidup aktif. Paling tidak, berolahraga setengah jam per hari, misalnya, dengan jalan cepat untuk mempercepat detak jantung atau gerakan yang dapat menghasilkan keringat.

Sekira 80 persen pengidap DM mengalami kelebihan berat badan. Karena itu, para penderita DM dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung gula dan makanan yang digoreng. Yang dianjurkan adalah makanan berserat.

"Selama bulan puasa mungkin mereka masih bisa menjaganya, tapi jika lebaran itu kan makanan yang kadar gulanya banyak banget. Jadi, harus diperhatikan porsi yang seimbang antara karbohidrat, lemak, protein dan serat. Penderita DM dianjurkan menggunakan pemanis non-nutrisi (aspartame, sakarin), harus membatasi makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging berlemak dan susu full cream, perlu mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, sayur dan buah. Pada pasien dengan nefropati DM perlu mengurangi asupan protein," terangnya.

Selain itu, penderita DM juga harus mewaspadai risiko hipoglikemia ini dapat diantisipasi dengan cara memeriksa gula darah 2 jam setelah makan.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Napas Segar, Silaturahmi Lancar

Lebaran adalah hari kemenangan. Hari kegembiraan. Hari penuh sukacita. Hari di mana Anda dan keluarga tertawa dan tersenyum. Karena itu, siapkan diri baik-baik, termasuk kebersihan mulut Anda. Napas yang tak segar bias menghancurkan suasana.

Menurut drg Denny Sidiq Hudayah, Sp.BM, dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Bau napas tak sedap (halitosis) dapat disebabkan oleh faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar disebabkan karena adanya sisa makanan di dalam mulut. Terlebih lagi jika makanan yang masuk ke dalam mulut menempel di dalam gigi yang berlubang.

"Makanan yang berada di dalam mulut, yang didiamkan selama empat jam, maka akan membusuk dan membuat mulut jadi tak sedap," ungkapnya.

Makanan memang sangat berpengaruh terhadap kesegaran mulut, terlebih bagi makanan yang berbau tajam masuk ke dalam tubuh sehingga diserap oleh aliran darah dan dibawa ke paru-paru. Bakteri yang ada di dalam mulut dan gigi pun akan memproses makanan yang tertinggal.

"Biasanya kan lebaran orang identik dengan makanan yang manis, gula, kue-kue gitu," ungkap drg Denny.

Bakteri yang memproses makanan yang tertinggal tadi, lanjut drg Denny, akan memproduksi volatile sulfur compounds (VSC) penyebab bau tidak sedap. Sedangkan faktor dari dalam yang dapat menyebabkan bau mulut karena adanya karies gigi, radang kronis pada saluran pernapasan dan gangguan pencernaan.

"Pada dasarnya, bau mulut bisa saja karena adanya bakteri atau kuman yang berperan penting dalam halitosis," ungkapnya.

Salah satu contoh saja ketika dalam jangka waktu lama tidak diperhatikan pemeliharaan dan kebersihan rongga mulut, maka akan menyebabkan karang gigi, penumpukan kotoran pada permukaan gigi yang dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah.

Bau mulut juga bisa merupakan suatu bentuk manifestasi dari beberapa penyakit dalam yang sangat serius. Seperti fungsi ginjal yang mengalami gangguan sehingga racun yang ada di dalam tubuh akan menumpuk dan akan menimbulkan semacam bau tak sedap serta gangguan organ tubuh lainnya.

"Sembuhkan dulu penyakit yang dideritanya, baru bau mulut itu akan hilang," ungkapnya.

Makanan dan Pasta Gigi

Di hari raya nanti, berbagai makanan, minuman, dan kue biasanya tersaji lengkap di meja. Anda harus waspada, karena makanan, minuman, dan kue yang akan disantap dapat menimbulkan gangguan pada mulut. Seperti kuman dan bakteri yang menempel di gigi dan gusi.

Oleh karena itu, pilihlah makanan yang dapat membantu memerangi bakteri, mengikis plak, menguatkan email dan membuat napas segar. Seperti mengonsumsi buah apel dan minum teh hijau mengandung catechins yang dapat membunuh bakteri di dalam mulut, menghilangkan gula dari plak dan menghilangkan bakteri penyebab napas tak segar.

Selain itu, gunakan pasta gigi setiap kali membersihkan gigi. Pasta gigi terbukti ampuh untuk membersihkan gigi dari bakteri penyebab plak, membunuh bakteri, serta menyegarkan napas.

Kandungan dalam pasta gigi terdiri dari fluoride yang berfungsi untuk mencegah pengeroposan tulang gigi, kemudian triclosan yang mengandung antibakteri. Ada pula zinc yang berfungsi untuk menjaga agar gigi tak berlubang, sodium fluoride merupakan zat yang bekerja menekan terjadinya karies gigi dan sekaligus mencegah terjadinya erosi awal dari email gigi atau lapisan terluar gigi.

Sodium Monofluorophosphate, berguna untuk membantu penyerapan fluor ke email gigi sampai ke akar gigi, sehingga bisa mencegah kerusakan gigi. Silica, zat yang membuat gigi semakin putih tanpa merusak email gigi. Klorin, berfungsi untuk menghilangkan noda.

Resin, untuk melapisi email agar gigi terhindar dari pembusukan. Vitamin C dan timetylamine, untuk membantu melindungi gigi dari bakteri yang dapat menyebabkan karies. Pyrophosphate, zat ini dapat merusak endapan garam kalsium penyebab karang gigi.

Perlu diketahui, banyak orang yang menyikat gigi hanya selama 30 detik. Tentu saja waktu sesingkat itu tak mampu memenuhi syarat menyikat gigi yang ideal, yaitu selama 2 menit. Banyak kuman yang bersarang di sela-sela gigi saat menyikat gigi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan obat kumur untuk menaklukkan kuman.

Mouthwash atau obat kumur. Mouthwash memiliki kandungan antiseptic yang berfungsi untuk mengurangi bakteri dalam mulut. Bakteri-bakteri inilah yang membentuk plak di dalam gigi. Mouthwash biasanya dilengkapi dengan pengharum mulut, namun ada juga yang mengandung antiseptic.

Perlu diingat, jangan pernah menelan zat mouthwash karena zat tersebut dapat membunuh flora normal dalam saluran pencernaan. Sehingga akan mengganggu keseimbangan flora di dalam saluran tersebut. Penggunaan mouthwash sendiri dapat dipakai sebelum tidur atau pada pagi hari.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Friday, September 11, 2009

Tip Jalankan Ibadah Puasa yang Baik & Benar

Menjalankan ibadah puasa ternyata memiliki banyak manfaat, baik dari sisi sosial, kejiwaan, maupun kesehatan. Dari segi sosial, puasa melatih orang berdisiplin, cinta keadilan, dan kadamaian.

Dari sisi kejiwaan, puasa membuat manusia menjadi pandai dalam menguasai diri. Sedangkan dari sisi kesehatan, berpuasa berarti mengistirahatkan saluran pencernaan (usus), enzim, dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus-menerus selama kurang lebih 18 jam.

Organ vital ini dapat istirahat selama 14 jam. Pada saat puasa, kadar gula dalam darah mudah dikendalikan. Apabila kadar gula darah turun, cadangan gula dalam bentuk glikogen di dalam hati mulai digunakan. Berikut beberapa tip untuk Anda:

1. Niat ikhlas. Tanpa ini, mungkin Anda masih tetap bisa mendapatkan manfaatnya dari sisi kesehatan, sosial, maupun kejiwaan. Tapi untuk urusan pahala, jangan harap Anda akan mendapatkannya. Niat yang ikhlas bisa memicu Anda untuk konsisten dalam berpuasa?


2. Cukup Air. Sangat sederhana memang. Tapi justru ini yang sering dilupakan orang ketika adzan magrib berkumandang. Kebutuhan air tidak boleh Anda abaikan begitu saja. Tidak harus air putih. Kalau Anda menginginkan variasi, Anda bisa memilih teh, susu, jus buah, koktail buah, atau juga kuah sayur.


3. Cukup Kebutuhan Kalori. Kalori akan menghasilkan tenaga yang dibutuhkan manusia. Dalam sehari, wanita membutuhkan kalori sekiRA 1900 kalori, sedangkan pria 2100 kalori.

Saat berpuasa, tentunya Anda bisa memenuhi angka tersebut pada saat berbuka dan sahur. Oleh karena itu, sebaiknya pilih makanan yang alami, agar makanan gampang diubah menjadi kalori tanpa menghasilkan efek negatif bagi tubuh, seperti kandungan bahan kimia dalam makanan olahan. Banyak sumber kalori yang bisa Anda peroleh dari nasi, jagung, atau mie. Protein bisa didapat dari daging, tahu, dan lainnya.


4. Makan Secara Bertahap. Lapar karena seharian berpuasa bukan alasan untuk mengumbar nafsu makan saat berbuka. Lihatlah kebutuhan yang harus Anda penuhi. Karbohidrat 50-60 persen, protein 10-20 persen, lemak 20-25 persen, cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah.

Makanlah secara bertahap. Bisa Anda mulai dengan menikmati makanan ringan atau minuman yang manis-manis seperti kolak pisang, kurma atau teh manis. Makanan manis mengandung karbohidrat sederhana yang akan mudah diserap dan segera menaikkan kadar gula darah.

Setelah salat magrib, makan makanan pelengkap yang terdiri dari nasi atau pengganti nasi, protein dari ayam, ikan, atau daging, tahu atau tempe, serat dari sayuran, dan buah.

Setelah salat tarawih, Anda dapat makan camilan berupa roti atau buah. Pembagian makan bisa Anda lakukan seperti ini: 50 persen untuk berbuka, 10 persen setelah salat tarawih, dan 40 persen waktu sahur.


5. Rajin Sahur. Usahakan porsi sahur tidak sama dengan porsi makan saat berbuka puasa. Makanlah makanan dengan kadar protein tinggi. Pencernaan dan penyerapan makanan juga menjadi lebih lama dibandingkan dengan makanan yang kadar karbohidratnya tinggi. Setelah sahur, tambahkan susu tanpa lemak dan suplemen multivitamin agar stamina tetap terjaga.


6. Rajin berolahraga. Tubuh Anda justru akan semakin lesu jika Anda tidak berolahraga. Tak harus olahraga yang banyak mengeluarkan keringat, tapi cukup olahraga yang banyak mengeluarkan keringat, tapi cukup olahraga ringan saja seperti jalan kaki, naik sepeda, dan lain-lain. Waktu berolahraga yang baik adalah menjelang berbuka puasa.


7. Tidur siang. Ini akan membantu Anda agar tidak mengeluarkan cairan tubuh berlebihan karena sengatan matahari atau yang lainnya. Selain itu, tidur siang akan mengurangi rangsangan lapar yang berasal dari perut.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Manfaat Kurma bagi Kesehatan

Ciri khas Ramadhan ialah tersedianya kurma di rumah-rumah keluarga muslim. Buah yang berbentuk agak bulat berwarna hitam atau kecokelatan itu memang cocok sekali digunakan sebagai menu pembuka.

Pasalnya, kandungan gula yang terdapat di dalam buah ini dapat langsung diserap oleh tubuh kita, sehingga kita yang telah seharian berpuasa akan kembali merasa segar.

Selain membuat tubuh kembali segar, buah kurma juga memiliki banyak khasiat lainnya untuk kesehatan, di antaranya:

1. Kurma kering berfungsi menguatkan sel-sel usus karena mengandung serabut yang bertugas mengontrol laju gerak usus.

2. Kurma basah mencegah terjadi pendarahan bagi perempuan katika melahirkan dan mempercepat proses pengembalian posisi rahim seperti sebelum waktu hamil.

3. Buah kurma matang mengandung zat besi dan kalsium yang cukup yang bisa membantu proses pembentukan air susu ibu dan pembentukan darah serta tulang sumsum pada bayi yang masih dalam kandungan.

4. Dapat menenangkan sel-sel saraf melalui pengaruhnya terhadap kelenjar gondok. Beberapa buah kurma dianjurkan dikonsumsi pada pagi hari kepada ana-anak dan orang lanjut usia agar kondisi kejiwaannya.

5. Buah kurma yang direbus dapat memperlancar saluran kencing.

6. Buah kurma dapat mencegah stroke.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Thursday, September 10, 2009

Hidup Sehat Saat Ramadan dengan Soyjoy

Ramadhan selalu memberikan makna yang dalam bagi umat muslim di mana kita mendapat kesempatan untuk membersihkan jasmani dan rohani untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Tentu saja bukan hanya jiwa yang lebih baik, namun kesehatan pun akan semakin baik ketika menjalani ibadah puasa. Upaya untuk mendapat hasil yang optimal tentunya harus dilakukan dengan menjaga asupan makanan. Salah satunya dengan menjaga asupan kadar gula dan pati yang masuk, dan mengonsumsi makanan yang mengandung serat pangan dan protein yang tinggi.

Cara berpuasa yang baik adalah tidak makan makanan berlebihan saat berbuka puasa. Berbuka puasa dengan yang ringan, manis, namun kaya protein dan daya serat tinggi. Kebutuhan tersebut ada pada Soyjoy yang bisa menjadi hidangan berbuka yang unik.

Soyjoy adalah makanan berbentuk bar, terbuat sepenuhnya dari tepung kedelai dan buah-buahan. Sebagai sumber protein tinggi sebesar 38 persen. Kedelai di dalamnya juga mengandung lemak nabati, yaitu lesitin. Kandungan lainnya ialah serat pangan sebanyak 15 persen, asam amino esensial, vitamin B & E, mineral seperti phosphor, kalium, zinc & besi, juga isoflavon.

Paduan dari kedelai dan buah tentunya akan memberikan nutrisi yang baik bagi tubuh. Perpaduan rasa kedelai dan buahnya begitu unik, dengan empat pilihan rasa Hawthorn Berry, Raisin Peanut, Apple, dan Mango Coconut sangat dibutuhkan sebagai pengganti nutrisi yang hilang saat berpuasa.

Soyjoy terbukti sebagai camilan dengan nilai GI rendah (Low Glycemic Index), yaitu 25 dari skala 0 sampai 100. GI adalah indikator kecepatan proses perubahan dari karbohidrat diubah menjadi gula di dalam tubuh.

Ketika berbuka puasa dengan makanan dengan kadar GI yang tinggi, pankreas harus berusaha keras mengeluarkan insulin. Sehingga memberatkan kinerja pankreas. Soyjoy memiliki GI rendah, dan sangat baik untuk membuat kinerja pankreas lebih ringan.

Mengandung protein dan serat pangan tinggi serta kandungan gula dan daya cerna pati yang rendah, Soyjoy merupakan makanan camilan berbahan dasar kedelai yang sangat disarankan bagi para praktisi gaya hidup sehat dengan segala manfaat kedelai dan buah-buahan.

Secara global, Soyjoy telah memulai kampanye Low GI sejak dua tahun lalu di setiap pasar Soyjoy di Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Singapura, Korea, China, dan Taiwan. Salah satu cerita sukses kampanye Soyjoy Low GI adalah yang baru-baru ini dilakukan di Singapura melalui media Facebook dan blogging.

Soyjoy mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengikuti pola makan teratur serta gaya hidup sehat seperti yang diajarkan pada bulan Ramadan ini. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan dengan nilai GI rendah. Hal ini yang menjadi perhatian Soyjoy dan sedang galak dikampanyekan.

"Seperti kita ketahui, makna dari bulan Ramadan ini membersihkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjaga hati dan jasmani dari makanan yang sembarangan untuk mendapat hidup yang lebih sehat. Untuk itu, Soyjoy mengadakan gerakan sadar low GI," ungkap Sales and Marketing Director Soyjoy Prayugo Gunawan saat ditemui dalam acara buka puasa bersama Soyjoy di Waroeng Kita Restaurant, Gedung Auto Mall Lt. 1 Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53 Lot 6 (SCBD) Jakarta-Pusat (9/9/2009)


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Monday, September 7, 2009

Mudik Berkendara, Tidur Cukup, Relaksasi, Peregangan

Dua pekan menyongsong Lebaran, aura mudik mulai terasa. Bagi mereka yang akan mudik dengan mengemudikan kendaraan sendiri, persiapan prima diperlukan agar selamat dan sehat sampai tujuan.

Saat Ramadan, umumnya orang yangberpuasamengalamiperubahan pola makan dan tidur. Terkait pola dan lamanya tidur, kemungkinan orang yang berpuasa akan mengalami pengurangan,terutama karena harus terbangun dini hari untuk melakukan sahur. Bahkan, bagi yang rajin beribadah, biasanya mereka sudah terbangun sejak tengah malam untuk melaksanakan salat malam, seperti salat tahajud.

Dengan segala aktivitas tengah malam hingga menjelang subuh dini hari tersebut, otomatis waktu tidur jadi terpotong-potong. Padahal, jika terjadi kekurangan tidur, badan jadi tidak bugar, sulit berkonsentrasi, bahkan dapat mengundang penyakit. Selain itu, biasanya akan terjadi aksi "balas dendam" untuk membayar "utang tidur" tadi.

Sleep scientist dari RS Mitra Kemayoran Jakarta Dr Andreas Prasadja mengungkapkan, bagi orang berpuasa yang tidak bekerja, kekurangan tidur dapat "dibayar" dengan leluasa saat tidur siang. Adapun bagi mereka yang bekerja, Andreas menyarankan untuk memanfaatkan waktu luang di sela-sela jam kerja.

Misalnya, jam makan siang yang biasanya untuk makan diganti dengan salat zuhur dan tidur siang sejenak atau disebut juga diurnal nap. "Tidurnya tidak perlu lamalama, cukup 15-30 menit. Begitu bangun, badan lebih segar dan siap bekerja lagi," katanya.

Pernyataan Andreas diamini Happy, 35. Pria yang sehari-hari ngantor di EC-Indonesia Flegt Support Project ini mengungkapkan, berpuasa tidak memengaruhi vitalitasnya dalam beraktivitas.

Penggemar seli (sepeda lipat) ini pun mengaku tidak terbebani dengan "utang tidur" saat berpuasa. Acap kali di mana pun setiap ada kesempatan, semisal di kantor atau di mobil, dia menyempatkan diri tidur sesaat. "Paling-paling 5 menit. Begitu bangun badan tetap segar," tukas Happy yang berdomisili di Bogor dan berkantor di Gedung Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

"Selepas sahur, biasanya saya tidak tidur lagi karena jam 04.30 WIB sudah harus berangkat ke kantor," imbuhnya.

Sebanyak apa pun aktivitas dan kesibukan seseorang, tubuhnya dilengkapi jam biologis yang secara otomatis mengirimkan sinyal kapan saat beraktivitas dan kapan harus beristirahat.

Spesialis Anak RS Pondok Indah Dr Adi Tagor SpA DPH sepakat menganjurkan diurnal nap yang sejatinya merupakan tuntutan alamiah tubuh dan hak tubuh untuk beristirahat. "Tujuannya adalah menyinkronisasikan antara irama tubuh dengan alam. Fisiologi tubuh manusia memang sudah mengaturnya seperti itu," ungkapnya.

Masih tentang kaum pekerja, Andreas menyayangkan jika ada orang yang memaksakan diri pulang kantor sore hari pada kondisi mengantuk, terlebih mereka yang mengendarai motor atau mobil sendiri. Data melaporkan, seseorang yang mengemudi dalam keadaan mengantuk bahkan lebih berisiko mengalami kecelakaan dibanding mereka yang berkendara dalam kondisi mabuk.

"Karena itu, selepas jam kerja, terutama saat sedang tidak banyak kerjaan, sempatkan 15-30 menit sebelum pulang untuk beristirahat dulu," saran dia.

Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas akibat mabuk memang terbilang sedikit. Adapun yang terbanyak adalah disebabkan kondisi jalan (rusak, berlubang, licin), kondisi kendaraan yang sudah tidak layak, dan kantuk.

Penyebab yang terakhir ini dapat menjadi ancaman bagi ribuan pemudik yang mengemudi sendiri, tetapi tidak mempersiapkan fisik dan mentalnya secara baik. Andreas menyarankan, mereka yang akan mudik jarak jauh dengan kendaraan sebaiknya sebisa mungkin "menabung tidur".

"Seminggu sebelum mudik, sempatkan istirahat dan tidur cukup. Ingatlah bahwa daya tahan tubuh akan meningkat signifikan saat tidur," tandasnya.

Dari tahun ke tahun, rutinitas mudik Lebaran dengan kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor, masih banyak diminati. Selain lebih praktis tanpa perlu mengantre tiket, biaya yang dikeluarkan pun dinilai lebih hemat.

"Kalau saya mudik naik kereta kelas bisnis, jatuhnya bisa Rp85.000. Tapi kalau naik motor lebih irit, paling-paling Rp50.000," kata Ibrohim, pemudik asal Tegal yang bekerja di Tangerang.

Pria yang akrab disapa Brohim itu mengaku sudah empat kali mudik Lebaran menempuh perjalanan Jakarta-Tegal dengan sepeda motor. Mengingat arus lalu lintas yang cukup macet, waktu tempuh pun tidak bisa diprediksi.

"Normalnya 6-7 jam, tapi kalau mudik Lebaran bisa sampai 12 jam," ungkapnya.

Terpaku berjam-jam di atas sepeda motor sudah pasti menimbulkan keletihan tersendiri. Untuk itu, seminggu sebelum mudik, biasanya Brohim melakukan latihan fisik berupa olahraga ringan, seperti peregangan untuk melenturkan otot-otot tangan, kaki, bahu, pinggang, leher. Menurut dia, kelima otot tersebutlah yang paling sering "tersiksa" saat berkendara jarak jauh dengan sepeda motor.

"Kalau tidak latihan dulu, bisa-bisa kita kaget kalau tiba-tiba terjatuh di tengah jalan. Saat mudik, setiap empat jam perjalanan, saya juga biasanya menyempatkan istirahat setengah jam sekadar untuk meluruskan kaki dan tangan yang pegal," ujar ayah berputri satu itu seraya menyarankan pemudik jarak jauh untuk mengenakan pakaian yang longgar dan tidak ketat.

"Tujuannya supaya nyaman dan pembuluh darah tidak terlalu tertekan. Kalau jaket tetap harus dipakai," saran dia.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Sunday, September 6, 2009

Jelang Buka, Baru Kerja Ya!

Meski perut kian membesar, Anda merasa masih sanggup untuk berpuasa dan tetap beraktivitas? Tak apa Moms!

Untuk menghindari dehidrasi atau kelelahan, Anda (BuMil yang tidak bekerja di kantor) dapat menyiasati dengan merevisi jadwal kerja di rumah. Pindahkan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika dan sebagainya ke sore hari atau lebih baik setelah berbuka. Â

Pemaparan dr Rusbandi Sarpini, SpKO dari RS Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dan dr Trijatmo Rachimhadhi, SpOG dari Cinere Hospital, Depok berikut dapat menjawab keingintahuan Anda:

Saat Tepat Beraktivitas 'Berat'

Faktanya, cadangan energi selama menjalankan ibadah Ramadan yang berlangsung kurang lebih 12 jam masih mencukupi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, asal tidak berlebihan. Hal yang sangat dikhawatirkan jika melakukan kegiatan yang berlebihan adalah menurunnya pasokan cairan tubuh alias dehidrasi.

Jika sedang tidak berpuasa, cairan yang hilang dari tubuh bisa langsung diganti. Namun jika sedang berpuasa, cairan tubuh yang kurang itu harus menunggu berbuka dulu. Akibatnya, tubuh akan kekurangan air dan ini mengganggu kerja fungsi organ tubuh yang lain.

Maka dari itu dianjurkan agar menjalankan aktivitas yang tidak terlalu banyak menggunakan tenaga. Kalaupun ingin melakukan aktivitas yang "berat-berat" seperti melakukan pekerjaan rumah tangga, berolahraga, sebaiknya lakukan menjelang waktu berbuka, kira-kira 1 - 2 jam sebelumnya.

Dengan cara itu, begitu tubuh mengeluarkan keringat, kita bisa langsung menggantikannya pada saat berbuka. Bisa juga pekerjaan rumah atau olahraga dilakukan sesudah berbuka, tetapi sebaiknya 2 - 3 jam setelah perut diisi makanan.

Rangsang Hormon Antiinsulin

Perlu diingat, tetaplah beraktivitas! Karena hal tersebut untuk merangsang keluarnya hormon antiinsulin yang berfungsi melepaskan gula darah. Kalau Anda bermalas-malasan selagi berpuasa atau terlalu banyak tidur, maka tubuh Anda makin kurang energi alias tak bertenaga. Itu semua karena kadar gula dibiarkan menurun secara drastis. Tentu Anda tak ingin begitu kan, Moms? Â

Tip Agar Tak Mudah Lelah

Nah, agar Moms tak cepat lelah saat bekerja padahal sedang berpuasa, aturlah sikap tubuh Moms dengan baik. Bagaimana caranya? Simak tip berikut! Â

Sikap Duduk (dapat dipraktikkan saat menyetrika)

1. Duduk dengan punggung tegak, paha sejajar dengan lantai dan telapak kaki menempel pada lantai.
2. Bila kursi Anda terlalu tinggi dan tidak dapat diubah, beri ganjalan pada kaki -misalnya kursi kecil - agar peredaran darah tetap lancar. Ganjal belakang punggung Anda dengan bantal empuk.
3. Hindari duduk dengan menyilangkan kaki.
4. Bila Anda harus duduk lama di depan meja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sisihkan waktu beberapa menit untuk melakukan peregangan. Lakukan paling sedikit setiap jam. Caranya, angkat kedua lengan sejajar dengan pundak, kemudian tarik ke depan sejauh mungkin. Putar tubuh ke kanan atau ke kiri sepert menggeliat.

Sikap Berdiri (dapat dipraktikkan saat menyapu atau mengepel)

1. Bagi Anda yang harus bekerja dengan berdiri cukup lama, biasakan berdiri dengan tegak (kedua kaki sedikit meregang), bahu tetap lemas, dada diangkat dan bokong ditarik sambil menahan perut.
2. Agar tidak cepat lelah ketika berdiri, angkat salah satu kaki dan letakkan di atas penyangga kaki setinggi 10 - 15 cm, lakukan cara ini secara bergantian dengan kaki yang lain.
3. Bila mungkin, hentikan sejenak pekerjaan Anda, lalu tempelkan tubuh bagian belakang pada tembok dengan tubuh tegak lurus (kaki diregangkan). Turunkan tubuh secara perlahan dengan menekuk kaki sampai terasa adanya tarikan di otot paha (jangan sampai terasa sakit).
4. Sempatkan beristirahat duduk dengan kaki lurus ke depan dan lakukan peregangan di kaki dan pergelangan kaki.
5. Bila merasa pusing akibat terlalu lama berdiri (Anda mengalami penurunan tekanan darah), segera cari tempat yang nyaman untuk duduk.

Sikap Lain

1. Ketika mengangkat barang yang agak berat, lakukan dengan hati-hati. Bawalah benda-benda tersebut dengan cara memeluk, bukan menjinjing dengan sebelah tangan. Bila memungkinan, bawa benda-benda yang Anda butuhkan dengan tas ransel atau backpack.
2. Ketika mengambil sesuatu di lantai, lakukan dengan berjongkok bukan dengan membungkuk. Kemudian ketika berdiri, pertahankan agar punggung Anda tetap tegak.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Saturday, September 5, 2009

Jangan Sekadar Menghilangkan Dahaga!

Menahan lapar mungkin tidak terlalu berat dibandingkan dahaga yang kerap melanda saat berpuasa. Lalu bagaimana agar BuMil yang berpuasa tidak kekurangan cairan? Bolehkah melepas dahaga dengan mengonsumsi minuman isotonik yang kini makin digemari?

Cairan merupakan komponen yang penting untuk ibu hamil. Moms harus bisa mengonsumsi sejumlah cairan yang akan mencukupi kebutuhan tubuh.

Patut diingat bagi ibu hamil (trimester pertama) yang mengalami mual muntah, tidak dianjurkan untuk berpuasa karena sulit memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan hanya pada saat berbuka.

Jika Anda satu di antara BuMil tersebut, pemaparan dr Arju Anita, Sp.OG dari RS Jakarta Medical Center bisa menambah wawasan Anda.

Perhatikan Kebutuhan Nutrisi! Hindari Kolak!

Sebenarnya sewaktu berpuasa, yang berubah hanyalah jam masuknya makanan ke dalam tubuh. Kalau makanan yang dapat diterima oleh tubuh hanya sedikit, tentu harus diimbangi dengan nutrisi yang mencukupi sekaligus memenuhi kebutuhan minimal wanita hamil.

Karena itu, perlu diperhatikan menu saat sahur dan berbuka yang penting bagi BuMil yaitu kebutuhan asupan makanan sehat, sayur, vitamin, mineral, zat besi dan protein.

Saat berbuka, sebaiknya hindari asupan yang tidak terlalu bermanfaat misalnya kolak, karena kandungannya hanya pisang, gula dan santan (cenderung cepat membuat kenyang sehingga tidak dapat mengonsumsi makanan lain).

Minum Manis

Justru yang harus dilakukan BuMil adalah minum dan makan yang manis untuk menggantikan gula yang berkurang saat puasa. Jangan lupa konsumsi makanan yang berasal dari protein hewani dan nabati diperbanyak, seimbangkan asupan karbohidrat (nasi, biskuit, gula) dan protein.

Minuman manis dapat berupa manisan buah, jus, atau es buah. Minuman yang sekarang makin diminati seperti minuman ion dalam kemasan boleh saja dikonsumi BuMil, asalkan diteliti terlebih dahulu apakah mengandung bahan pengawet atau tidak.

Jika kandungannya aman, BuMil boleh minum saat sahur atau buka, masing-masing satu kaleng. Jadi, tak perlu khawatir lagi ya Moms! Pastikan kesehatan dan kebersamaan Anda sekeluarga tetap terjaga saat berpuasa.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Friday, September 4, 2009

Puasa Segar dan Berstamina

Puasa Ramadan memang istimewa. Selain bernilai ibadah, puasa juga bermanfaat menyehatkan badan. Bagaimana menjaga tubuh tetap bugar dan bersemangat selama puasa?

Memasuki pekan ketiga Ramadan, Anda masih tetap semangat berpuasa kan? Saat berpuasa, umumnya memang terjadi perubahan-perubahan. Mulai dari pola dan waktu makan, jam tidur, hingga kebiasaan lainnya seperti berolahraga.

Sari, 30, seorang karyawati PT Telkom Jakarta mengungkapkan, sudah dua minggu ini menghentikan aktivitas senam aerobik yang biasa dilakukannya tiga kali seminggu selepas pulang kantor. "Habis bagaimana lagi, tempat senam saya memang libur kalau bulan puasa," ujar gadis berjilbab itu.

Hal senada dikemukakan Rani, 27, yang mengaku "kangen" melakukan senam aerobik bersama rekan-rekannya di sebuah pusat kebugaran di kawasan Jakarta Pusat. Berkurangnya jumlah peserta senam secara signifikan saat bulan puasa menjadi pertimbangan diliburkannya aktivitas menyehatkan tersebut.

"Saya sudah terbiasa nge-gym lima kali seminggu. Jadi begitu puasa dan berhenti senam, badan jadi kurang bugar," sebutnya.
Regional Marketing and Promotion Manager dari Celebrity Fitness, Hendra Nugraha, menyayangkan penghentian total aktivitas berolahraga saat puasa. Menurut dia, kebiasaan berolahraga seharusnya tetap diteruskan dengan mengubah durasi, intensitas, dan volume setiap sesi latihan. Saat berpuasa, proses metabolisme tubuh akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga.

Hal ini disebabkan oleh pengolahan bahan makanan sebagai sumber energi menjadi sedikit berbeda karena perubahan waktu makan.Namun, tak perlu khawatir, tubuh manusia mampu melakukan adaptasi terhadap dirinya sendiri dan lingkungan tergantung pada kebiasaan.

"Pada awal puasa,tubuh mungkin akan terasa lemas apabila digunakan untuk berolahraga, namun pada masa itu tubuh melakukan adaptasi. Setelah melakukan penyesuaian, tubuh akan menjadi terbiasa untuk berolahraga," beber Hendra.

Saat berpuasa, Anda disarankan berolahraga dengan intensitas rendah, yaitu 60 persen-70 persen dari denyut nadi maksimal. Bagi Anda yang masih punya lemak di perut dan ingin membakarnya, silakan tetap melakukan latihan kardiovaskular (cardiovascular exercise) tapi jangan terlampau keras berlatih.

"Waktu terbaik untuk berolahraga adalah 45-60 menit sebelum berbuka dengan durasi sekitar 30 menit saja. Berolahraga tidak berarti harus pergi ke gym, Anda juga bisa melakukannya di rumah atau kantor," tandas Hendra.

Pada prinsipnya, olahraga yang dilaksanakan saat berpuasa bertujuan sebagai bentuk penjagaan tubuh agar tetap sehat dan bugar. Artinya, olahraga yang dilakukan harus mampu melancarkan aliran darah dan melenturkan otot-otot. Selain itu, jantung lebih aktif bergiat dan zat asam atau oksigen lebih banyak terhirup sebagai proses metabolisme tubuh.

Olahraga juga membantu menjaga sel-sel tubuh tetap sehat sehingga lebih siap menerima oksigen. Direktur Slim+Health Sports Therapy di RS Mitra Kemayoran dan Mal TamanAnggrek Jakarta, dr Michael Triangto SpKO, mengungkapkan, orang melakukan aktivitas olahraga biasanya dibedakan atas tujuannya.

"Apakah sekadar menjaga kebugaran ataukah memang serius ingin membentuk otot-otot tubuh?" katanya.

Bagi mereka yang melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kebugaran semata atau sebagai ajang berkumpul bersama keluarga, Michael menyarankan aktivitas fisik berulang dengan intensitas ringan, namun berdurasi cukup panjang. Sebut saja jalan kaki atau jalan cepat bersama keluarga ataupun bermain bersama anak.

Sementara itu, orang yang terbiasa melakukan aktivitas latihan (exercise) rutin ataupun nge-gym 4- 5 kali seminggu, saat puasa diperlukan latihan yang sifatnya individual.

Perlu diingat juga, jika latihan sama sekali terhenti, maka dalam tempo dua minggu kebugaran bisa menurun hingga 50 persen. Terlebih bagi individu yang melakukan latihan pembentukan otot jika saat puasa berhenti total latihan bisa-bisa otot akan mengendur.

"Jadi, tetap lakukan latihan dengan intensitas lebih ringan, misalnya mengurangi beban atau jumlah repetisi," saran Michael.

Penuturan Michael diamini Krishnu, 28. Bulan puasa tak menyurutkan semangat pria yang berdomisili di Sudirman Park Jakarta itu untuk tetap menjalani aktivitas latihan yang rutin dilakukan tiga kali seminggu di pusat kebugaran di dekat kantornya.

"Jamnya masih sama, sore hari sekitar jam 4. Atau terkadang selepas salat tarawih sampai jam sepuluh malam," tutur Manajer Humas Bayer Health Care Indonesia itu.

Cukupi Kebutuhan Cairan

Menjaga kecukupan cairan dalam tubuh merupakan kunci utama puasa yang segar dan berstamina. Hal ini diakui dokter spesialis anak RS Pondok Indah Jakarta, Dr Adi Tagor SpA DPH. Kendati telah memasuki usia 73 tahun, pria yang akrab disapa dokter Tagor ini tetap semangat berpuasa Ramadan. "Kuncinya menjaga cairan tubuh, itu saja," ucapnya.

Dokter yang juga berpraktik di sebuah klinik di kawasan Prapanca dan Pondok Pinang itu mengingatkan orang yang berpuasa untuk tidak malas minum air saat berbuka hingga imsak tiba. Saat malam hari, umumnya orang cenderung tidak merasa haus karena sistem hormon dan mekanisme nokturnal tubuh telah mengaturnya demikian.

"Akibatnya, orang jadi lupa minum kalau malam hari, apalagi kalau di ruangan ber-AC. Padahal, saat puasa seharusnya banyak minum pada malam harinya," kata Tagor.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com